Menjalani titian demi titian saat rapuh terasa semakin merenggut. Harapan seakan datang dan pergi untuk menguji. Pada berbagai kesedihan dan kesulitan yang kita hadapi, mungkin ini saat terbaik untuk kita belajar dan bersabar lebih lama dari sekedar satu momen. Dunia tengah disapa pandemi yang dengan ramah dan menusuk mampu mengubah haluan hidup. Pergerakan terbatasi, pikiran terpaksa dibatasi, mimpi terpaksa istirahat sejenak, bertahan harus terus didampingi pada jiwa-jiwa yang mulai memberontak. Kesepian bukan lagi pilihan tapi merupakan hidangan yang harus disantap. Pedagang kecil mulai merengek, pengemis semakin meronta, pabrik mulai jungkir balik, sementara kebutuhan primer tetap harus dipenuhi. Sayangnya, kita semua memakai hal yang sama tapi tidak punya input yang sama baiknya. Kebutuhan primer menjadi semakin membengkak, sementara penyimpanan mulai berkurang. Semua minta diberi keringanan. Gosip mulai membahana. Iri dan kecemburuan sosial mulai digelorakan. Protes disuarak...