Langsung ke konten utama

Haruskah Kita Marah dengan Kondisi Ini

Menjalani titian demi titian saat rapuh terasa semakin merenggut. Harapan seakan datang dan pergi untuk menguji. Pada berbagai kesedihan dan kesulitan yang kita hadapi, mungkin ini saat terbaik untuk kita belajar dan bersabar lebih lama dari sekedar satu momen.

Dunia tengah disapa pandemi yang dengan ramah dan menusuk mampu mengubah haluan hidup. Pergerakan terbatasi, pikiran terpaksa dibatasi, mimpi terpaksa istirahat sejenak, bertahan harus terus didampingi pada jiwa-jiwa yang mulai memberontak. Kesepian bukan lagi pilihan tapi merupakan hidangan yang harus disantap.

Pedagang kecil mulai merengek, pengemis semakin meronta, pabrik mulai jungkir balik, sementara kebutuhan primer tetap harus dipenuhi. Sayangnya, kita semua memakai hal yang sama tapi tidak punya input yang sama baiknya. Kebutuhan primer menjadi semakin membengkak, sementara penyimpanan mulai berkurang. Semua minta diberi keringanan. Gosip mulai membahana. Iri dan kecemburuan sosial mulai digelorakan. Protes disuarakan tanpa ilmu dan tanpa ingin mengerti. Semua ingin dimengerti tapi kadang tanpa mau mencoba mengerti.

Tidak banyak alternatif,yang dapat dipilih. Mungkin hanya "tetap" atau "tinggalkan","iya" atau "tidak". Logika kadang tertutupi emosi yang tak jernih meracau hingga akhirnya semua memiliki porsi menjadi korban. Ketidakmampuan untuk bertahan dengan tenang menjadikan sebagian kita dikuasai emosi yang ingin diucap dan diarahkan ke manusia mana saja yang dapat dilampiaskan. Solusi yang diberikan menjadi sampah karena otak tak lagi mampu berpikir jernih dan egosentris menjadi satu-satunya yang ingin dipenuhi. Bahkan tak segan mengatakan dan menilai sesuatu bodoh, sekelompok lebih pintar, dan lain sebagainya karena merasa diri paling benar dan paling tertindas hanya karna kondisi berubah dan tak mampu mengatasi sebagai mana biasanya.

Marah adalah sebuah kewajaran, mengamuk adalah pilihan. Tak semua masalah membutuhkan pihak yang disalahkan. Tak semua kata-kata negatif bisa dilampiaskan pada orang-orang yang hanya menjalankan tugasnya hanya karena dinilai mereka mewakili dan harus mengabulkan permintaan atas dasar ketidakmampuan personal. Tak sepantasnya keinginan pribadi dikedepankan dan mengancam pada ketidakpahaman yang dianggap benar. Lucunya, apapun yang dikatakan oleh pendengar yang mendengarkan orang marah akan dinilai selalu tidak tepat. Diam pun menjadi salah. Hanya ada satu pilihan bagi pendengar yaitu bertahan terhadap kata negatif yang terlontar dan berdoa atau membalas dengan api yang lebih besar.

Hari demi hari tetap berlalu, ketika argumen tak dilandasi otak hanya akan menimbulkan masalah tanpa solusi. Amarah yang tidak tepat hanya akan melukai banyak orang. Dan kita kadang tidak mengkhawatirkan bagaimana hal itu nanti akan dinilai oleh Yang Maha Kuasa. Untuk semua pendengar yang sedang lelah, istirahat sejenak atau katakan apa yang diinginkan karena kita punya kapasitas yang perlu dipugar berkala. Jika tidak memungkinkan untuk kita dipahami oleh orang lain, maka mari kita pahami diri kita sendiri karena pada akhirnya kita pun akan mati sendirian dan hidup terus bergulir dengan atau tanpa ocehan mereka yang ingin dipahami.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Terhadap Aspek Kehidupan

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika  Terhadap Aspek Kehidupan Disusun Oleh: {          Diajeng Anjarsari Rahmadhani {          Kezia Grace Monica {          Kresna Dwiki Ramadhana {          Rashif Imaduddin Lukman KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dari Kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Adiktif dan Psikotropika. Makalah ini kami buat dengan penuh ketelitian dan kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya.  Makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi pembaca mengingat banyaknya pemanfaat negatif dari zat adiktif dan psikotropika. Dengan adanya makalah ini kami harap kita semua dapat terhindar dari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika.Zat adiktif dan psikatrop...

Kontemplasi Waktu

2021  I said : Jodohku sedang sekolah lagi, jadi belum ketemu sekarang Turns out 2023 Ternyata aku mendapatkan rezeki sekolah lagi. Apakah ini cara-Nya untuk terus membuatku berkembang? ‐--- 2016 I said : It was wrong, I wanted to start from 0 again and fix the friendship with him. Turns out  2017 Allah swt keep me away from him and show me something to realize Turns out 2020 I knew we were something and I knew why He kept me away from him. Allah swt knows me best than me and He knows I couldn't grow better with him. At the same year, I knew someone older. Someone called friend but shared a lot of perspective, listening to my childish complaint, and always able to calm me down. Until then found out, our perspective and the way we want in marriage are totally different. Until I make dua for the best and we stop communicating until then he found the right one. Meanwhile I was still searching for the meaning in life and marriage.  ---- 2022 In the confusion of what next I ne...

Dukamu Malam Ini

Ku lihat dirimu terpaku Malu sejadi-jadinya Tak pernah sedikitpun terbesit di pikirmu Dia akan berlaku seperti itu Apa memang ini definisi salah menilai dengan baik? Percuma kau ucap bahwa dia one of your one call away Percuma kau anggap dia tier satu Nyatanya semua selalu tentangnya Berjam-jam kau termangu berpikir mengapa rasanya sesakit itu Padahal kau sudah mengenalnya Malam hari ini, kau alihkan pikir dan sedihmu Tapi sepulangnya, kau masih mencari jawaban Bahkan kau alihkan berbincang dengan teman yang kau anggap pria Setelah perbincangan itu usai, bukan hiburan yang kau dapat Justru, kenyataan yang berlawanan dengan nilaimu Kejujuran yang juga menambah perih Akhirnya malam ini kau tersudut Di sebuah ruang kecil beruukuran 2,5 x 2,5 m Di atas kasur yang sama hitamnya dengan perasaanmu Dihiasi hening yang lebih kencang daripada suara papan ketik di laptopmu Setelah sekian lama, dirimu tidak berkata-kata Akhirnya malam ini kau kembali Dengan segala kerumitan yang mengacacu pikirmu ...