Ku lihat dirimu terpaku
Malu sejadi-jadinya
Tak pernah sedikitpun terbesit di pikirmu
Dia akan berlaku seperti itu
Apa memang ini definisi salah menilai dengan baik?
Percuma kau ucap bahwa dia one of your one call away
Percuma kau anggap dia tier satu
Nyatanya semua selalu tentangnya
Berjam-jam kau termangu berpikir mengapa rasanya sesakit itu
Padahal kau sudah mengenalnya
Malam hari ini, kau alihkan pikir dan sedihmu
Tapi sepulangnya, kau masih mencari jawaban
Bahkan kau alihkan berbincang dengan teman yang kau anggap pria
Setelah perbincangan itu usai, bukan hiburan yang kau dapat
Justru, kenyataan yang berlawanan dengan nilaimu
Kejujuran yang juga menambah perih
Akhirnya malam ini kau tersudut
Di sebuah ruang kecil beruukuran 2,5 x 2,5 m
Di atas kasur yang sama hitamnya dengan perasaanmu
Dihiasi hening yang lebih kencang daripada suara papan ketik di laptopmu
Setelah sekian lama, dirimu tidak berkata-kata
Akhirnya malam ini kau kembali
Dengan segala kerumitan yang mengacacu pikirmu
Dengan sesak di dadamu yang mulai tak teratur
Bersama asam lambungmu yang seakan ikut mencekat hampir ke kerongkongan
Dan semuanya bersatu seolah orkestrasi kenyataan yang harus ditelan, getir
Tak kalahnya hening, sunyi dan sepi ini justru menyadarkan dirimu
Betapa rasanya sendiri, sulitnya bertahan di jalan yang kau pilih sejak lama
Meski di saat yang sama, justru kau semakin yakin dan dekat dengan Tuhanmu
Di saat yang sama, kau paham, Tuhanmu sedang mengajarkanmu
Kau seolah tak siap menanti esok
Menanti bagaimana harus menghadapinya
Bukan lagi karena kau butuh, tapi justru kecewa sudah disimpulkan
Harga dirimu jatuh karena kebohongannya
Mungkin baginya remeh temeh
Apa dia lupa bahwa senang baginya belum tentu senang bagi yang lain
Kau bingung menyelesaikan kekesalan ini
Wajar, karena mungkin dosamu banyak sehingga ini harus kau hadapi
Atau di saat yang bersamaan, Tuhan hanya ingin memperjelas bahwa dia bukan orang baik
Komentar
Posting Komentar