Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian wirausaha sama dengan wiraswasta yaitu orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. Uang memang bukanlah segalanya, tapi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup uang masih sangat diperlukan. Kewirausahaan dapat membantu kondisi perekonomian yang ada saat ini. Namun, kewirausahaan itu tidak langsung muncul. Diperlukan adanya jiwa wirausaha yang penting untuk dapat menciptakan lapangan kerja baru atau kewirausahaan. Kewirausahaan bukan masalah umur atau kapan waktu yang tepat untuk memulai. Semua adalah masalah kesiapan dan kemantapan niat serta sifat dan sikap yang dimiliki. Banyak cerita wirausaha yang ada dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Kebanyakan usaha-usaha sukses itu dimulai dari masalah terjepit ekonomi.
Ditinjau dari kata "technopreneurship", dapat dilihat bahwa kata ini merupakan gabungan dari kata technology dan entrepreneur atau wirausaha. Menurut seorang ahli ekonomi yang bernama Syamsudin Suryana, wirausaha adalah seseorang yang memiliki
karakteristik percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko
yang wajar, kepemimpinan yang lugas, kreatif menghasilkan inovasi, serta
berorientasi pada masa depan. Sedangkan technology atau teknologi itu sendiri menurut
KBBI memiliki arti metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu
pengetahuan terapan; 2 keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yg
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Dua hal ini kemudian melebur menjadi satu yaitu technopreneurship. Posadas (2007) mendefinisikan istilah technopreneurship dalam cakupan yang lebih luas, yaitu sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup teknologi semikonduktor sampai ke aksesoris computer pribadi (PC). Sebagai contoh bagaimana Steven Wozniak dan Steve Job mengembangkan hobi hingga mampu merakit dan menjual 50 komputer Apple yang pertama; atau juga bagaimana Larry Page dan Sergey Brin mengembangkan karya mereka yang kemudian dikenal sebagai mesin pencari Google. Mereka inilah yang disebut technopreneur dalam defenisi ini.
Perkembangan masyarakat Indonesia yang semakin banyak tidak seimbang dengan perkembangan lapangan kerja yang ada di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angkatan kerja Indonesia pada Februari 2015 sebanyak 128,3 juta orang, bertambah sebanyak 6,4 juta orang dibanding Agustus 2014 atau bertambah sebanyak 3,0 juta orang dibanding Februari 2014.Penduduk bekerja pada Februari 2015 sebanyak 120,8 juta orang, bertambah 6,2 juta orang dibanding keadaan Agustus 2014 atau bertambah 2,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2014.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar 5,81 persen menurun dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen), dan meningkat dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70 persen). Selama setahun terakhir (Februari 2014–Februari 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Industri sebanyak 1,0 juta orang (6,43 persen), Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak 930 ribu orang (5,03 persen), dan Sektor Perdagangan sebanyak 840 ribu orang (3,25 persen).
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa masih cukup banyak angka pengangguran yang ada di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit kita melihat banyaknya seorang lulusan sarjana yang tidak bekerja ataupun pekerjaan yang ia dapatkan tidak layak dengan pendidikan dan skill yang dimilikinya. Sebagai seorang mahasiswa institut yang menjurus pada keilmuan teknik, sudah menjadi pertimbangan yang penting untuk dapat menciptakan lapangan kerja khususnya di bidang teknik. Tidak perlu menunggu waktu sebaiknya dimulai sejak sekarang.
Manfaat adanya technopreneur dari segi sosial adalah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah:
1. Memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia secara lebih produktif
Dengan adanya technopreneur yang berinovasi dengan berangkat dari permasalahan yang ada dan melihat potensi sumber daya yang ada, maka bisa dipastikan para technopreneur itu akan mampu memanfaatkan secara maksimal apa yang dimiliki Indonesia.
2. Meingkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumber daya energi.
Ada banyak sumber daya energi yang Indonesia miliki pada saat ini diantaranya air, kesehatan, energi, pertanian, dan kekayaan hayati. Permasalahan air yang ada di Indonesia saat ini seperti kekeringan air dan air kotor bisa menjadi peluang untuk menciptakan teknologi yang bisa menjaga ketersediaan air dan proses penyulingan sehingga air kotor tadi bisa dimanfaatkan di masyarakat. Saat ini semua negara dihadapkan oleh krisis energi yang semakin memburuk. Dan yang pasti yang menjadi korban adalah rakyat kecil kebawah. Oleh karena itu permasalahan ini diharapkan bisa diselesaikan oleh para pakar Technopreneurship. Pada saati ini, Indonesia banyak mengimpor bahan pangan yang berasal dari sektor pertanian. Sebagai negara yang dulu pernah menjadi negara agraris, seharusnya kita bisa mengekspor dari sektor pertanian. Ini bisa jadi peluang yang menebar manfaat untuk membuat teknologi yang bisa memanfaatkan sektor pertanian ini secara baik, sehingga kita tidak hanya bisa mengimpor. Indonesia terkenal akan kebudayaan hayati yang beragam. Berratus-ratus spesies tumbuh di tanah Indonesia ini. Hal ini merupakan kekayaan lain dari Indonesia. Tetapi hal ini tidak menjadi sorotan, padahal hal ini berdampak baikbagi perekonomi indonesia terutama bagi para praktisi wirausaha. Inilah tantangan lain yang harus diselesaikan pra pakar Technopreneurship untuk mempromosikan kekayaan hayati Indonesia sehingga dapat dikenal oleh seleuruh masyarakat Indonesia dan umumnya untuk masyarakat dunia.
Minat menjadi seorang wirausaha terutama technopreneur lebih banyak berasal dari faktor lingkungan. Sebagai contoh, minat menjadi wirausaha secara dominan didorong oleh faktor lingkungan terjadi (banyak dijumpai) di daerah seperti Silicon Valley (Califronia) karena lingkungan seperti itu mendorong pembentukan wirausaha. Sebagaiman dikutip Alma (2008:6), di lingkungan Silicon Valley dijumpai ratusan perusahaan kebanyakan bergerak dalam bidang komputer dan elektronik yang selalu menghasilkan produk-produk baru. Mereka bersaing secara riutin dan kondisi mereka selau stabil, tidak terorganisasi dalam alam birokrasi. Situasi organisasi semacam ini oleh para ahli diistilahkan dengan “adhocracy” sebagai lawan dari birokrasi. Ada pekerjaan spesialis, sedikit ikatan komando, tidak ada struktur organisasi yang jelas. Pengambilan keputusan bersifat desentralisasi. Mereka memiliki budaya kerja yang tinggi, saling percaya, penuh keyakinan. Semua ini membuat pekerjaan sangat efektif.
Ciri-ciri Jiwa Wirausaha
Ciri ciri orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan diantaranya adalah penuh percaya diri, dengan indikator keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, dan bertanggung jawab. Keyakinan untuk memulai suatu tindakan untuk memulai suatu usaha sangat penting. Namun, tidak hanya yakin, semua itu harus memiliki perencanaan dan keyakinan. Setelah itu, optimis dan komitmen yang kuat harus dibangun untuk kelanjutan usaha yang akan dijalankan. Disiplin di setiap bidang juga diperlukan apalagi waktu yang tidak mampu dihentikan ataupun diperlambat.
Memilki inisiatif dapat dilihat dari sikap yang penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif. Menggunakan waktu dan kesempatan dengan sebaik mungkin merupakan keahlian yang harus dilatih sejak dini sebab ketika mulai untuk menjalankan usaha nanti, banyak hal yang tak terduga yang mungkin terjadi dengan berbagai kesempitan waktu yang dihadapi, sehingga menuntut sikap cekatan dalam bertindak serta aktif dalam setiap langkah dan pergerakan.
Memiliki motif berprestasi terdiri atas orientasi pada hasil wawasan ke depan. Seorang wirausaha harus mampu memiliki pandangan yang jauh ke depan. Dengan memiliki pandangan ke depan tadi, seseorang tersebut mampu membuat rencana terstruktur yang akan diambil untuk usahanya kelak.
Memiliki jiwa kepemimpinan ditandai dengan keberanian tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak serta berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Tampil beda bukan berarti beda tanpa memperdulikan kewajaran yang ada. Tampil beda yang dimaksud adalah berani mengeluarkan pikiran dan ide-ide yang out of the box. Memberikan ide-ide yang baru serta memberi manfaat yang nyata untuk masyarakat di sekelilingnya. Dengan ide-ide yang out of the box, maka harus berani mengambil resiko dengan memperhitungkan secara matang.
Jiwa wirausaha dapat dibangun melalui lingkungan dan pergaulan yang kondusif. Dorongan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha dapat berasal dari lingkungan pergaulan teman, famili, sahabat, karena mereka dapat berdiskusi tentang ide wirausaha, masalah yang dihadapi dan cara-cara mengatasinya.
Keberanian untuk membentuk jiwa wirausaha juga didorong oleh dosen di kampus atau lembaga pelatihan. Mereka meberikan materi kewirausahaan yang praktis dan menarik sehingga membangkitkan minat mahasiswa untuk berwirausaha.
Daftar Pustaka
http://www.bps.go.id/brs/view/id/1139
http://kbbi.web.id/teknologi
http://yahya29zulkarnain.blogspot.co.id/2012/11/technopreneurship.html
https://thelimiter.wordpress.com/2013/02/04/technopreneurship-apaan-sih/
http://techno009.blogspot.co.id/2013/03/kewirausahaan.html
Komentar
Posting Komentar