Bukan puisi dan rangkaian katamu yang kunantikan. Bukan kelembutan hati dan tutur katamu yang membuatku berubah pikiran. Namun, bukan juga luka yang kau tinggalkan. Semua terlanjur hadir karena ketulusan. Kenangan tentangmu membawa berbagai rasa yang campur aduk. Membolak balikkan telapak tangan, berulang kali mengedipkan mata seolah semua berlalu terlalu cepat dan sesaat. Mencacimu bukan urusanku, karena terlalu banyak yang mencacimu dan kau acuh tak acuh dengannya seolah hidupmu paling benar. Terlalu banyak permainan yang kau punya dan tak satupun kau anggap nyata dalam hidup yang kau jalani. Tak cukupkah makna komitmen yang kau ajarkan? Atau semua hanya pelajaran semu tak bermakna untukmu dan kau ajarkan padaku seolah itu benar adanya. Aku sudah benci dengan adegan burukmu. Atau aku yang tak pandai m...