Meski ada orang yang menjadi pusat kebencian dari orang lain, lihatlah dia beberapa tahun kemudian. Mereka yang dibenci dan dihina apalagi untuk mimpinya, tumbuh dan berkembang lebih cepat daripada yang mengolok. Semua memang akan indah pada waktunya dan itu benar. Ada kalanya kita menemukan teman-teman yang setia untuk suatu masa dan bermasalah dengan teman lainnya hingga luka terasa amat dalam. Dan apakah ada yang mengerti hati selain masing-masing? Rasa cemburu akan membakar lebih ganas sakit itu.
Sekarang aku pun mengerti mengapa kebencian itu tidak boleh tersemai. Di suatu masa, akan kita dapati bahagia dan di masa lain akan ada rasa sunyi atau ramai atau senang atau sukacita. Sama seperti orang kebanyakan, setiap kita punya orang yang tidak disuka, tapi kini semua sudah lama kuhapus. Aku tidak mau berlarut dengan itu semua. Meski kita tahu benar benci itu sama dengan membenci diri yang tidak bisa menghindar dari permasalahan yang ada atau mengenal dia lebih awal.
Jangan berbicara tentang hakikat salah dan benar, karena di zaman yang semakin hingar bingar, salah pun bisa menjadi sesuatu yang hebat. Mengorbankan suatu yang penting, asal bukan kewajiban. Sangat sulit rasanya untuk berdamai dengan pergulatan hati yang pernah kita alami sebagai manusia. Jika dilihat lagi ke belakang, begitu banyak peristiwa yang terselip tapi bermakna. Jangan abaikan satu orang pun teman. Mungkin di suatu masa kita amat mencintai dan mengaguminya, tapi di suatu masa pula ada saat rasa tidak senang muncul entah karena tingkahnya yang tiba-tiba membuat kita kecewa.
Hubungan antar manusia itu subjektif, menurutku. Bagaimana bisa terkadang hal yang baik diabaikan dengan alasan teman. Atau ada juga yang memilih meninggalkan teman karena alasan prinsip. Hingga suatu masa lagi, kia merindukan mereka. Mereka yang pernah beradu cekcok dan pertengkaran denngan mulut yang terkadang tak tahu tata krama. Atau dengan tangan yang tidak bisa diam saat mencoba mencari pembelaan atau air mata yang tumpah karena tidak lagi mampu untuk dibendung.
Ada pula saatnya logika berlaku egois untuk tidak lagi bercengkrama dengan mereka yang dulu menjadi teman baik karena setitik kesalahan. Mungkin memang ada hal yang tidak mampu dikelola oleh hati dan kehendak. Bersabar mungkin akan membuahkan hasil. Namun, harus pula aku akui, menjalin pertemanan bisa menimbulkan kecemasan tersendiri. Sesuai dengan kepribadian masing-masing, ada pula yang takut apabila masa itu berganti. Seorang teman harus meninggalkan untuk mencari teman baru. Merelakan pondasi kepercayaan yang telah dibangun lama. Apa boleh buat jika waktu sudah berkata. Penyangkalan adalah hal lumrah yang sering dijumpai. Penerimaan pun adalah proses lumrah nan menyakitkan untuk diakui.
Tidak ada teman yang sempurna, yang selalu ada di saat tangisanmu membutuhkan jari jemari untuk dihapus, di saat wajah murung meminta untuk dipertanyakan, di saat mata sembab meminta untuk dihibur, di saat kesepian meminta untuk diajak keluar dan bermain, di saat diam bisa dimengerti, di saat rasa kesal bisa selalu diatasi, tapi waktu akan membantu untuk mengajarkan semuanya. Meski kita selalu berusaha untuk mendapat yang terbaik untuk hidup, maka sebenarnya ada skenario Allah swt. yang terkadang kita abaikan. Kesedihan yang diratapi padahal itu adalah awal dari permulaan yang baru untuk hidup yang lebih baik.
Tidak semua teman mengajarkan kebaikan dengan teladan. Seharusnya kita pun lebih jeli menilai kehidupan. Ada mereka yang mengajarkan melalui kebencian dan iri. Ada yang mengajarkan melalui berbagi air mata. Ada yang mengajarkan melalui perkelahian dan salah paham. Ada yang mengajarkan melalui perpisahan. Sayangnya, terkadang kita tidak bisa menerima cara-cara itu. Mencari teman yang satu ideologi, mungkin setelah bertemu belum tentu bisa menyatu. Sekali lagi, butuh bertahun-tahun lamanya untuk menjalin kecocokan.
Jangan pernah memungkiri akan ada kesetiaan yang abadi. Segala sesuatu di dunia ini adalah fana dan akan terpisah. Seorang istri akan menemani suami hingga akhir hayat entah suami lebih dulu pergi atau istri lebih dulu pergi. Mungkin kesetiaan seperti ini pula yang mampu menghiasi hidup dan mengokohkan semangat untuk tetap hidup di antara permasalahan dunia. Jika pun saat ini kita punya sahabat atau teman, maka bersiaplah karena mereka bukan milik kita. Akan ada perpisahan yang mengajarkan makna dari kehadiran dan ikhlas yang sangat sulit. Meski memaafkan pun juga begitu sulit.
Melalui tulisan singkat ini pun, aku berharap aku bisa berkaca lebih baik dalam menilai hidup dan teman, Tidak berprasangka dan saling terbuka mungkin akan mempercepat pencarian kecocokan dan semakin kaya akan pengalaman. Bagaimana sulitnya memaafkan atau pun menerima kembali. Walau cemas selalu menghampiri. Tidak ada istirahat dalam istilah belajar dalam hidup. Tidak mencoba, maka tidak tahu hasil.
alangkah baiknya ukuran font diperbesar :)
BalasHapusTerima kasih :)
BalasHapus😊
BalasHapus