"Intro"
Entah kenapa, terkadang rasa kecil hati hanya akan mengecilkan hati. Di saat ego menginginkan untuk seluruh tim mampu bergerak, tapi cenderung lupa pada realitas. Menginginkan kebersamaan hadir dalam suasana formal, tapi ternyata formal cenderung hanya formalitas. Tugas hanya tugas dan rasa kasih tak pernah hadir. Akibatnya, tim hanyalah sebuah syarat dan paksaan, pengerjaan hanya sekedarnya, tidak ada keinginan bersama untuk total dan maksimal......
Ada inspirasi di pojok toko ini. Di saat yang lain mengerjakan pekerjaan dan aktivitasnya sendiri, aku memilih berjuang untuk tim. Sudah tidak ingin lagi aku menjadi manusia yang mencaci, mengeluh, walau nyatanya terkadang terlepas tak sengaja. Sesuatu dari masa lalu telah kembali. Suatu karakter yang hilang karena penyangkalan, tapi kini sudah kembali. Tidak hanya karena pojok dan malam ini, melainkan juga karena percakapan panjang pada malam minggu lalu di perjalanan panjang, saat kebanyakan orang memilih untuk mengistirahatkan badannya. Namun, seseorang mampu membantuku mengingat dan mengembalikan sesuatu yang hilang. Seseorang yang ku kenal satu tahun belakangan, tapi baru benar-benar mengenal pada malam itu. Berbagi cerita dan meningkatkan skill yang secara tidak langsung terbangun. Membuat intuisiku yakin untuk menceritakan dan akhirnya menemukan satu titik yang sama. Satu kondisi yang sama, tapi berbeda dalam perspektif. Aneh dan seperti sudah terencana. Dia seperti ia yang pernah hadir. Menemani kata demi kata dan aku membalas kata demi kata. Berdiskusi hal yang penting sampai berdebat karena alasan yang menurutnya childish. Percakapan yang menggugah gairah lama, mengembalikan sisa rasa masa lalu, dan mengingatkanku kembali.
Sadar atau tidak, hai teman, rutinitas baru terkadang mampu menghilangkan karakter baik yang asli pada dirimu. Bukan karena tergantikan oleh karakter yang baru, melainkan karena terbenam oleh kesibukan-kesibukanmu dan adaptasi yang sejenak memintamu merelakannya tersimpan dulu. Kemudian kita lupa untuk membuka kuncinya kembali. Namun, aku percaya bahwa setiap manusia dianugerahi intuisi yang tingkat akurasinya berbeda-beda bagi setiap orang. Membawa ingatan dan menggerakkan lidah, tangan, kaki, mata untuk bergerak menuju titik pengingat. Titik itu tidak akan membuat kita langsung tersadar dengan sendirnya. Seringnya kita diingatkan oleh Sang Maha Kuasa berkali-kali, tapi tidak sadar. Hingga akhirnya ada hasrat pada diri untuk memulai suatu tindakan yang tidak berlandaskan pada kesadaran akan karakter yang terpendam itu. Misalnya hanya karena ingin berinteraksi dengan seseorang yang menurut kita asik untuk diajak diskusi. Hanya dengan satu kalimat yang mampu membuatnya tertarik, seperti
"Apa kamu tahu tentang kondisi politik yang kacau saat ini?" atau "Kamu kan dari Jakarta, menurutmu gimana pemilu saat ini?".
Mungkin orang itu hanya akan menjawab sekenanya. Kemudian saat ada kesempatan dan percakapan singkat itu mampu membuatnya tertarik, dia akan meluangkan kesempatan untuk berdiskusi lebih lanjut. Berbicara tentang lebih banyak hal yang akhirnya membawa kita dan orang itu hanyut menceritakan kisah perjuangan, pengorbanan, kisah kasih masa lalu, pengalaman yang lalu, dan semakin banyak hal. Akhirnya kita menghubungkan kembali titik demi titik itu dan dia juga menceritakan titik demi titik yang dia lalui. Entah dia merasakan yang sama atau tidak.
Semua terungkap secara tidak sengaja dan kita diingatkan kembali tentang masa di mana karakter baik itu muncul dan berkembang. Sadar atau tidak sadar, momen itu adalah kesekian kalinya Sang Maha Kuasa mencoba untuk mengingatkan kita. Semua kembali dengan adanya. Kenyamanan yang lawan bicara saat itu berikan dan intuisi yang menggerakkan untuk bercerita, mampu membuat kita bernostalgia riang dan terselip kisah-kisah baik yang pernah kita simpan rapat secara tak sengaja karena proses adaptasi.
Aku pikir, proses pengembalian ini akan benar-benar hadir ketika proses adaptasi telah hampir sempurna menyatu. Kemudian kisah dan karakter itu muncul, meminta untuk kembali disesuaikan dengan kondisi baru. Menikmati hidup memang penting, tapi terkadang toh kita lupa kalau masa ini adalah gabungan titik dari masa-masa yang telah kita lewati. Masa-masa yang terlewati akan menjadi pelajaran yang tidak boleh diabaikan. Semoga siapapun kita, bisa kembali menyesuaikan hal-hal baik yang pernah ada pada diri kita menyatu dengan kondisi saat ini, sehingga kita menjadi jauh lebih mengenal diri dan mampu membuat kontrol tindakan. Mengenal diri dan melepaskan jaket ketergantungan menjadi kemandirian yang peduli terhadap apa pun... Salam Semangat dari seorang amatir !!!
Komentar
Posting Komentar