Selang waktu berjalan,
nyatanya pahit memudarkan kenangan baik dan indah. Bercampur bersama kabut yang
enggan memperjelas pandangan. Setelah bertahun-tahun kita tak bertemu, tak
kusangka pertemuan terjadi. Beberapa tahun lalu, aku mengenalmu hanya sebatas
tahu. Kemudian bermula dari ketertarikan untuk menjadi berbeda, aku mencoba
seleksi dan bergabung dengan timmu untuk meraih prestasi. Aku terlalu lugu di
masal perkenalan itu. Polos dan hanya manut-manut saja terhadap apa yang kita
lakukan bersama tim. Berbeda denganku sekarang, aku bisa saja berbicara
berjam-jam tanpa bosan asalkan lawan bicaraku memang nyaman diajak berbicara.
Aku bisa saja nge banyol tanpa arah kalau kondisi memungkinkan. Aku bisa
menjadi sangat tenang ketika sekelilingku panik bukan main. Berbeda bukan?
Dahulu aku mudah saja panik, gugup, dan ketika rasa itu datang aku bisa diam
seribu bahasa atau tanganku menjadi dingin. Mungkin reaksi fisik tersebut masih
kualami, hanya saja aku lebih bisa menyembunyikannya kini.
Biarkan aku sedikit
bercerita tentang kesanku padamu saat beberapa tahun lalu. Sosokmu dulu sungguh
pendiam dengan wajahmu yang adem dan kalem. Sedikit senyum tipis ketika ada
temanmu yang senang sekali menggodamu lantaran kau terlalu pemalu. Tak kusangka
ternyata dirimu adalah pemimpin di tim itu. Ketika aku lulus seleksi, kita
mulai bekerja sama dengan teman-teman yang lain. Sungguh biasa saja, karena
hanya ada satu tujuan yang kita raih di situ. Perjuangan yang hasilnya tidak
sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tak masalah, at least kita sudah berjuang kan?
Tak lama, aku dan
teman-temanku meneruskan perjuangan itu. Hasilnya, secara usaha sangat oke,
tapi secara pencapaian di penilaian mata juri, belum. Setelah itu, kita berpisah.
Aku dengan balada ceritaku yang tersisa di penempaan dan semenjak kita tak lagi
satu tim, berbicara tak pernah ada lagi. Pun dulu ketika satu tim, kita juga
jarang sekali berbicara.
Kini, setelah jauh di
perantauan, kita mengenal kembali. Tepat setahun lalu, ketika kita di
pertemukan di sebuah acara. Tak kusangka, ternyata kau tahu aku sedang
menggeluti ilmu studi apa. Sedangkan aku, tak sedikitpun tahu, kau melanjutkan
studi ke mana dan di bidang apa. Lewat informasi dari temanku, aku mengetahui
keberadaanmu di kotaku. Sekilas dalam jarak 4 meter, kita bisa saling melihat
tanpa bercakap-cakap. Hanya satu hari saja. Hanya formalitas saja mungkin
Tahun ini, kau kembali
datang ke kotaku di acara yang sama. Sayangnya, aku sama sekali tidak terlibat
dalam acara yang sedang kau ikuti. Kupikir tak akan ada salam untukku. Eh,
ternyata kau menitipkan salam dan memohon dukungan doa melalui temanku. Senang,
ternyata sosok pendiam sepertimu memiliki penghargaan yang kuat tentang
orang-orang yang pernah kau kenal. Sakit melandaku sekitar empat hari, sehingga
bertemu denganmu pun tak bisa. Lagian aku bingung kenapa aku harus bertemu,
padahal kau juga punya kepentingan lain. Ingin sih, berbicara dan bertukar
pikiran denganmu yang menggeluti hal yang sama denganku.
Akhirnya karena tidak
enak hati, aku meminta kontakmu ke temanku. Aku coba mulai percakapan lewat
dunia maya. Eh, ternyata kau merespon baik. Bahkan sampai kau mengajakku untuk
main ke kotamu yang hampir tiga tahun lalu sudah kukunjungai. Namun, saat itu
aku terlalu cupu, jadi masih belum bisa kemana-mana. Wajar dong, kalau aku tanya
emangnya mau diajak kemana, soalnya tempatmu kan sangat jauh dari peradaban
tengah kota. Mungkin ajakanmu ada benarnya juga, semoga ketika aku ke sana, kau
menepati janji yaaa, membawaku mengenali tempatmu.
Ajakanmu ke kotamu
bisa jadi hanya candaan, tapi sungguh aku senang dengan ajakan itu. Mungkin aku
sudah mulai bosan dengan kota ini. Dengan rutinitas yang semakin padat dan aku
merasa menjadi robot, hahaha….
Selain itu, mungkin aku
memang butuh bertemu dengan orang yang berbeda, bertukar pikiran, bercanda,
berdiskusi, setidaknya mengobati bosan dan menghidupkan sisiku yang mungkin
terpendam. Kali ini, berbicara kepadamu seperti sangat leluasa. Tidak seperti
pertemuan dulu, dibatasi oleh tembok dan aturan tak tertulis. Sepertinya aku
harus segera ke sana tengah tahun ini, karena mungkin akhir tahun ini kau akan
meninggalkan kota itu dan berpindah.
Seseorang pernah
berdoa seperti ini “cari orang-orang yang
dipercaya supaya betah”, tepat di hari ulang tahunku. Namun, rasanya
dipercaya saja tidak cukup. Ketika kenyamanan satu per satu menyingkir, maka
pencarian kenyamanan harus selalu dicari. Bisa jadi aku juga mulai bosan dengan
mencari. Aku hanya tidak ingin menjadi kufur nikmat karena bosan. Semoga
pertemuan ke sekian kali nanti, aku bisa belajar banyak lagi darimu. Tentang
ikhlas,tenang, dan bersyukur. Tunggu aku di kotamu, doakan aku supaya
secepatnya bisa ke sana, dan memulai perbincangan yang menarik…. Salam
terhangat dari anggota timmu yang lugu J
Komentar
Posting Komentar