Kebanyakan kita (orang awam) senang sekali menilai kualitas suatu manusia berdasarkan panjang hidup yang dilewati. Kita terlupa bahwa semakin lama kita hidup belum tentu semakin banyak dan berkualitas kesempatan yang telah diambil. Seseorang yang berumur 17 tahun belum tentu memiliki kedewasaan dan kualitas diri yang setara dengan rata-rata remaja berusia 17, bisa saja lebih dewasa atau berada di bawah rata-rata. Meskipun kesempatan itu berbeda-beda untuk setiap manusia, tapi kesempatan bisa dicari dan dimanfaatkan, tergantung apakah akal dan logika menyadari adanya kesempatan itu. Maka tidak heran jika saat ini kita melihat banyaknya manusia berusia 20 tahun tapi telah memiliki pendapatan tetap, rumah, dan segala yang mencukupi secara mandiri. Atau kita temui mereka yang memilih mempercepat proses untuk meraih suatu hal.
Berbicara tentang hidup, tak akan lepas dengan adanya mimpi/asa, cinta, dan harapan. Sebagian kita menciptakan hal-hal tersebut, tapi tak semuanya dapat terjadi sejalan. Ada orang yang diberikan kemampuan bermimpi hebat dan mampu mewujudkannya, tapi sulit mencari cinta dalam hidupnya atau perasaan yang menggetarkan. Ada pula orang yang menemukan cinta dalam wujud seorang kekasih, tapi beberapa mimpinya tak terwujud. Ada pula orang yang memiliki harapan banyak terhadap seseorang, tapi kenyataannya tak sesuai. Namun, di lain sisi, dia akan mendapatkan salah satu dari ketiga hal tersebut.
Setiap kita memiliki timeline yang kita rencanakan dalam time horizon tertentu. Perkara yakin atau tidak, jangan terlalu diharapkan. Sebab kadang kita terlupa bahwa sebaik apapun kita merencanakan, yang memutuskan tetap adalah Dia, satu Yang Maha Kuasa. Terkait singkatnya waktu yang berjalan, kita pun sering terlupa. Lupa bahwa dunia hanya senda gurau. Lupa bahwa akan ada kejenuhan . Lupa bahwa kita terlalu mengeksploitasi diri. Lupa bahwa kita punya tanggung jawab atas manusia lainnya. Di balik kisi-kisi lupa yang terbangun di labirin logika, selalu ada jalan untuk menemui dan memperbaiki. Cepat atau lambat, mau atau tidak mau, tergantung keputusan yang akan kita ambil. Masalahnya adalah kita terkadang sadar, tapi terlalu banyak mempertimbangkan hal yang belum tentu terjadi. Ragu jika berpindah. Ragu untuk bertindak, padahal kita sudah tahu pasti bahwa itu baik. Zaman sudah hampir mencapai ujungnya. Hingga tiba saatnya, kita tak tahu pada golongan apa kita tergabung, semoga tergolong pada mereka yang beriman dan dimatikan sebelum masa penghancuran itu tiba. Perkara kebaikan dan kesempatan, mungkin ini sudah saatnya untuk kita mencari kesempatan baik, mengambil, bertindak, dan tanpa ragu melanjutkannya karena kita tidak tahu sampai titik mana kita masih diberikan kesempatan untuk melakukannya.
Berbicara tentang hidup, tak akan lepas dengan adanya mimpi/asa, cinta, dan harapan. Sebagian kita menciptakan hal-hal tersebut, tapi tak semuanya dapat terjadi sejalan. Ada orang yang diberikan kemampuan bermimpi hebat dan mampu mewujudkannya, tapi sulit mencari cinta dalam hidupnya atau perasaan yang menggetarkan. Ada pula orang yang menemukan cinta dalam wujud seorang kekasih, tapi beberapa mimpinya tak terwujud. Ada pula orang yang memiliki harapan banyak terhadap seseorang, tapi kenyataannya tak sesuai. Namun, di lain sisi, dia akan mendapatkan salah satu dari ketiga hal tersebut.
Setiap kita memiliki timeline yang kita rencanakan dalam time horizon tertentu. Perkara yakin atau tidak, jangan terlalu diharapkan. Sebab kadang kita terlupa bahwa sebaik apapun kita merencanakan, yang memutuskan tetap adalah Dia, satu Yang Maha Kuasa. Terkait singkatnya waktu yang berjalan, kita pun sering terlupa. Lupa bahwa dunia hanya senda gurau. Lupa bahwa akan ada kejenuhan . Lupa bahwa kita terlalu mengeksploitasi diri. Lupa bahwa kita punya tanggung jawab atas manusia lainnya. Di balik kisi-kisi lupa yang terbangun di labirin logika, selalu ada jalan untuk menemui dan memperbaiki. Cepat atau lambat, mau atau tidak mau, tergantung keputusan yang akan kita ambil. Masalahnya adalah kita terkadang sadar, tapi terlalu banyak mempertimbangkan hal yang belum tentu terjadi. Ragu jika berpindah. Ragu untuk bertindak, padahal kita sudah tahu pasti bahwa itu baik. Zaman sudah hampir mencapai ujungnya. Hingga tiba saatnya, kita tak tahu pada golongan apa kita tergabung, semoga tergolong pada mereka yang beriman dan dimatikan sebelum masa penghancuran itu tiba. Perkara kebaikan dan kesempatan, mungkin ini sudah saatnya untuk kita mencari kesempatan baik, mengambil, bertindak, dan tanpa ragu melanjutkannya karena kita tidak tahu sampai titik mana kita masih diberikan kesempatan untuk melakukannya.
Komentar
Posting Komentar