Kudapati diri pada persimpangan yang membentuk karakterku seperti ini. Rasanya ada peluh yang menghimpit hingga sesak di dada menderu. Tak lagi kutemui tawa yang singgah pada sisa malam bersama teman-teman yang kini sulit dicari pengganti. Perlahan namun pasti, semua memudar dan sirna. Tergantikan dengan hal-hal baru yang diingini ataupun tak pernah dipikirkan sedikitpun. Pencarian bergulir dan entah masih bermakna atau tidak. Sebab banyak hal pada akhirnya ditemui tanpa dicari.
Aku bergelut dengan sekelumit pemikiran yang sekarang tak lagi mampu dibedakan mana yang penting. Kini lebih banyak hal terasa penting dan karena pentingnya, tak lagi mampu memberikan ruang untuk bernapas lega tanpa berpikir. Waktu mengantarkan pada pertemuan yang bahkan tak diingini. Waktu membawakan perpisahan yang semakin sering dijumpai maka semakin bijak dipahami.
Penuh liku yang ada. Penuh luka dilewati. Tiada hari tanpa lelah dan letih. Katanya semua itu akan berbuah manis pada waktunya. Katanya, mungkin hanya bisa dinanti dan dipercayai.
Gerimis merundung mengundang nostalgia yang membawa syukur. Kemana arah yang harus aku tempuh, aku tak punya pilihan. Bukannya tidak memilih juga merupakan pilihan. Rasanya apa yang dijalani saat ini hanya lah arus yang telah ditakdrkan untuk dilewati. Kecuali jika memang nanti ada ruang untuk bergerak bebas.
Munafik jika dikatakan dapat berdiri sendiri. Sebab dalam setiap kesulitan, manusia tetap membutuhkan pertolongan. Perlu didengar dan dimengerti. Lebih dalam lagi, perlu mengerti sebelum dimengerti. Jika pada akhirnya kita menari di atas keterpaksaan, maka patutlah kita menjadi pelakon yang handal. Kita menjadi bisa meski hati tak menginginkan hingga akhirnya kita mengabaikan apakah nurani ingin atau tidak.
Beberapa hal justru sulit ditemukan ketika sungguh dicari. Beberapa hal datang tanpa dicari dan justru bisa mendominasi. Sulit memilih atau tidak memilih sama sekali.
Kita berada dalam zona dan alur yang berbeda. Dengan rencana yang berbeda untuk setiap orang. Tak patut rasanya membandingkan dan menuntut sesuatu yang tak ditakdirkan.
Beribu tetas air mata mungkin sudah mengalir untuk mengungkap makna karena kata-kata tak lagi mampu mengungkapkan makna dan bercerita. Angin sejuk malam ini membuatku sedikit bernapas. Melupakan hal yang hadir kembali esok hari untuk dijalani. Inilah yang dihadiahkan untuk kujalani. Untukmu, entah seperti apa. Dengan perbedaan, kita bisa saling melengkapi dan mendengar karena ujian kita berbeda. Kita butuh rehat.....
Sumedang, 2 November 2019, Jl. Prabu Geusan Ulun (Ngopi Bung), 22:19 WIB
Aku bergelut dengan sekelumit pemikiran yang sekarang tak lagi mampu dibedakan mana yang penting. Kini lebih banyak hal terasa penting dan karena pentingnya, tak lagi mampu memberikan ruang untuk bernapas lega tanpa berpikir. Waktu mengantarkan pada pertemuan yang bahkan tak diingini. Waktu membawakan perpisahan yang semakin sering dijumpai maka semakin bijak dipahami.
Penuh liku yang ada. Penuh luka dilewati. Tiada hari tanpa lelah dan letih. Katanya semua itu akan berbuah manis pada waktunya. Katanya, mungkin hanya bisa dinanti dan dipercayai.
Gerimis merundung mengundang nostalgia yang membawa syukur. Kemana arah yang harus aku tempuh, aku tak punya pilihan. Bukannya tidak memilih juga merupakan pilihan. Rasanya apa yang dijalani saat ini hanya lah arus yang telah ditakdrkan untuk dilewati. Kecuali jika memang nanti ada ruang untuk bergerak bebas.
Munafik jika dikatakan dapat berdiri sendiri. Sebab dalam setiap kesulitan, manusia tetap membutuhkan pertolongan. Perlu didengar dan dimengerti. Lebih dalam lagi, perlu mengerti sebelum dimengerti. Jika pada akhirnya kita menari di atas keterpaksaan, maka patutlah kita menjadi pelakon yang handal. Kita menjadi bisa meski hati tak menginginkan hingga akhirnya kita mengabaikan apakah nurani ingin atau tidak.
Beberapa hal justru sulit ditemukan ketika sungguh dicari. Beberapa hal datang tanpa dicari dan justru bisa mendominasi. Sulit memilih atau tidak memilih sama sekali.
Kita berada dalam zona dan alur yang berbeda. Dengan rencana yang berbeda untuk setiap orang. Tak patut rasanya membandingkan dan menuntut sesuatu yang tak ditakdirkan.
Beribu tetas air mata mungkin sudah mengalir untuk mengungkap makna karena kata-kata tak lagi mampu mengungkapkan makna dan bercerita. Angin sejuk malam ini membuatku sedikit bernapas. Melupakan hal yang hadir kembali esok hari untuk dijalani. Inilah yang dihadiahkan untuk kujalani. Untukmu, entah seperti apa. Dengan perbedaan, kita bisa saling melengkapi dan mendengar karena ujian kita berbeda. Kita butuh rehat.....
Sumedang, 2 November 2019, Jl. Prabu Geusan Ulun (Ngopi Bung), 22:19 WIB
Komentar
Posting Komentar