Tanpa kita sadari, hidup memberikan banyak pelajaran. Harusnya dari berbagai keluhan, kita semakin mahir untuk mengambil pelajaran. Meski nyatanya sangat sulit. Bahkan karena bosannya, bisa saja kita melakukan seadanya tanpa benar-benar menyenangi apa yang kita kerjakan. Mungkin karena ketidaksesuaian juga yang dapat membuat pribadi ini menjadi berbeda.
Setiap orang punya cara pandangnya sendiri tentang hidup. Tentang momen yang berjalan atau tentang titik kejadian yang terlewat. Sesaat kita menjejaki kaki di tanah yang tak pernah terpikirkan. Dulu ketika kita lahir dan bertumbuh di tempat yang sama, menjadikan kita senang dan mencintai lokasi tsb. Ingin berlama di sana atau bahkan melanjutkan hidup di tempat yang sama.
Sebagian kita memilih untuk keluar dari kotak menyenangkan itu. Mencoba peluang lain tanpa memikirkan apakah kita akan merasa nyaman atau senang di tempat tersebut. Meskipun keluhan kadang tak henti menghiasi. Angan-angan berubah menjadi ego dan menciptakan protes. Ketidaksesuan menjadi boomerang yang menghancurkan impian. Padahal tak selamanya impian merupakan hal terbaik yang terjadi untuk seorang insan.
Sesaat sendiri terasa menyenangkan. Namun, tak jarang paradigma lingkungan mengacaukan hal yang dipikir menyenangkan. Membuat diri membandingkan dan menginginkan hal yang mungkin belum waktunya. Akhirnya, beberapa tumbuh dengan sangat cepat. Beberapa berkembang lebih lambat. Sehingga jika kita jeli, kita seharusnya menemukan kesimpulan bahwa zona waktu tiap orang berbeda, begitu pun penilaian terhadap suatu fase.
Manusia sering merasa mengenal diri sendiri. Tidak mencoba memisahkan diri dari banyaknya faktor eksternal. Hal ini dapat membuat kita akhirnya lupa tentang apa yang diinginkan sebenarnya.
Mungkin selama ini kita gemar sekali bersembunyi dari kerapuhan yang terpendam. Mencoba menerima dan mentoleransi berbagai perlakuan yang ditujukan. Mentoleransi dengan mencari berbagai pembenaran atas sikap mereka. Meski pada dasarnya tidak kita senangi.
Namun, sepertinya bukan itu yang hidup ingin ajarkan. Bukankah melalui semua perlakuan yang tidak mengenakkan itu, hidup ingin mengajarkan kita tentang arti dari menerima dengan baik. Arti dari memperlakukan dengan adil.Meski tidak untuk diri kita sendiri tapi juga orang lain. Apapun yang ingin ditunjukkan oleh hidup, tetap berusahalah dan kenang hal bail karena semua perlu ditaklukkan bukan untuk menaklukkan. Begitu pun waktu.
Setiap orang punya cara pandangnya sendiri tentang hidup. Tentang momen yang berjalan atau tentang titik kejadian yang terlewat. Sesaat kita menjejaki kaki di tanah yang tak pernah terpikirkan. Dulu ketika kita lahir dan bertumbuh di tempat yang sama, menjadikan kita senang dan mencintai lokasi tsb. Ingin berlama di sana atau bahkan melanjutkan hidup di tempat yang sama.
Sebagian kita memilih untuk keluar dari kotak menyenangkan itu. Mencoba peluang lain tanpa memikirkan apakah kita akan merasa nyaman atau senang di tempat tersebut. Meskipun keluhan kadang tak henti menghiasi. Angan-angan berubah menjadi ego dan menciptakan protes. Ketidaksesuan menjadi boomerang yang menghancurkan impian. Padahal tak selamanya impian merupakan hal terbaik yang terjadi untuk seorang insan.
Sesaat sendiri terasa menyenangkan. Namun, tak jarang paradigma lingkungan mengacaukan hal yang dipikir menyenangkan. Membuat diri membandingkan dan menginginkan hal yang mungkin belum waktunya. Akhirnya, beberapa tumbuh dengan sangat cepat. Beberapa berkembang lebih lambat. Sehingga jika kita jeli, kita seharusnya menemukan kesimpulan bahwa zona waktu tiap orang berbeda, begitu pun penilaian terhadap suatu fase.
Manusia sering merasa mengenal diri sendiri. Tidak mencoba memisahkan diri dari banyaknya faktor eksternal. Hal ini dapat membuat kita akhirnya lupa tentang apa yang diinginkan sebenarnya.
Mungkin selama ini kita gemar sekali bersembunyi dari kerapuhan yang terpendam. Mencoba menerima dan mentoleransi berbagai perlakuan yang ditujukan. Mentoleransi dengan mencari berbagai pembenaran atas sikap mereka. Meski pada dasarnya tidak kita senangi.
Namun, sepertinya bukan itu yang hidup ingin ajarkan. Bukankah melalui semua perlakuan yang tidak mengenakkan itu, hidup ingin mengajarkan kita tentang arti dari menerima dengan baik. Arti dari memperlakukan dengan adil.Meski tidak untuk diri kita sendiri tapi juga orang lain. Apapun yang ingin ditunjukkan oleh hidup, tetap berusahalah dan kenang hal bail karena semua perlu ditaklukkan bukan untuk menaklukkan. Begitu pun waktu.
Komentar
Posting Komentar