Aku mencintaimu dengan lembut melalui kata yang tak pernah mampu dikeluarkan oleh bayi kepada ibunya
Aku mendambamu seperti semut mendamba dan mengejar gula
Aku mengecup harapan seperti serangga yang mampir dan mengecup benang sari sehingga ia bertemu dengan putik
Aku menabur benih harapan seperti petani menanam deretan padi di sawah
Aku membuka pintu seperti menanti paket pesanan yang sudah lama kunanti
Aku menikmati waktu bersamamu seolah tak ingin kubiarkan detik memakan menit yang menjadikannya berkurang durasi waktu sehari
Aku hampir saja membiarkan mataku memerah sebab tak ingin diganggu oleh kedipan meski hanya sepersekian detik
Aku puja tuturmu yang mengalahkan egoku
Aku puja lembutnya sikapmu seperti bulir kapas yang jatuh perlahan dari pohonnya
Aku puja sabarmu seperti harapan sembuh terhadap luka yang membara
Aku tak perlu membuat rotasi baru hanya untuk menemuimu di satu titik karena semenjak saat itu pikiranku hanya berotasi pada poros yang kunamai dengan keberadaanmu
Kurangkai kataku untuk melihatmu tersenyum meski kau hanya tersipu
Aku tahu tatapan yang kita lakukan adalah bentuk komunikasi dan yang aku ingin hanya kita yang paham itu
Keegoisan ini membuatku tak mampu melihat keindahan lain selain kau
Tak peduli jika aku yang nantinya harus pergi lebih dulu
Sebelum aku harus berpisah denganmu, biarkan kucumbu lembut kebaikanmu dengan ketulusanku yang kuserahkan hanya padamu
Komentar
Posting Komentar