Aku hilang, pada kejadian yang ternyata sudah melukai sejak lama
Aku tersadar, bahwa isu kepercayaan ini disebabkan oleh hal ini
Aku terlalu naif percaya bahwa cinta dan sayang seharusnya tak melukai
Namun, aku salah, ternyata rasa sayang justru memberikan banyak luka
Aku menjadi keras, kecewa, dan tak tahu harus membawa semua ini ke mana
Aku ingin membiarkan waktu menjawabnya
Mengasingkan diri dari kehadiran pada lingkungan kasih sayang tersebut
Namun, sisi lain menolakku untuk melakukannya
Aku tidak siap jika harus beradu peran pada hal yang ternyata belum bisa ku ikhlaskan
Mungkin keegoisanku teriak ingin dipahami
Tapi logikaku ingin menang, tak mau lagi mengalah
Meski aku tahu, mereka tidak akan mungkin meminta maaf
Seseorang bilang, iyakan saja
Karena ini seperti orientasi dengan pasal 3 yaitu kesalahan apapun, kembali ke pasal 1
Aku terlalu vokal sekarang karena diamku kemarin ternyata membuatku lemah
Namun, saat suaraku bergema, ternyata tidak ada artinya
Aku tidak tahu akan ada berapa judul tentang luka ini
Ketika yang disayang ternyata yang pertama mengenalkanku pada luka
Mengajarkanku untuk mengalah dan menjauh dari keterikatan
Entah karena jiwaku memang bebas, atau diamku tak lagi ingin bertahan
Aku hanya ingin ada orang yang mampu memenuhi kebutuhan rasaku
Kebutuhan tentang pertanyaan apa yang yang kurasa
Mampu berpikir jernih dan melihat dari dua sisi
Jika tidak berkenan, mampu berbicara dan menegurku dengan cara terbaik
Selama ini, aku berlari sendiri
Menggali hingga mungkin tersungkur sediri bertahun-tahun
Hal ini juga yang mungkin membuatku sulit untuk diberitahu
Sulit untuk diajarkan
Namun, sisi lainku ingin sekali diajari
Ingin diajak diskusi, ingin diberi wawasan lebih baikMeski dengan segala luka justru membuatku trauma
Membuatku takut dan mungkin memang jiwaku sudah goyah
Akankah aku pantas untuk berpasangan dengan orang yang baik, mampu memenuhi kebutuhanku, dan mengiringi perjalananku dengan cara yang terbaik? Jika tidak, aku hanya berharap aku tetap kuat berdiri dan tidak kehiilangan nuraniku untuk bersimpati dan empati pada manusia lain.
Untuk mereka yang aku sayang, aku bingung kenapa rasanya perasaanku tak penting? Kenapa baru sekarang kalian meminta untuk dilibatkan? Kemana kalian dulu saat masa kecilku dirusak dengan bullying, kepercayaanku hilang, hampa, kebingunganku tentang masa depan dan pendidikan, bagaimana menata keuangan saat kalian yang memberi. Yang kutahu hanya bagaimana menjadi langit, tapi aku tidak mengerti bagaimana menjadi laut yang keduanya mampu menciptakan pemandangan indah di saat terbit atau tenggelam matahari. Maaf jika perkataanku kasar menurut kalian dan membuat terluka, tapi aku pun juga begitu. Sayangnya kita tidak pernah mau membicarakan atau kalian tak pernah siap. Aku masih sayang, tapi jika begini, aku akan memilih lebih banyak diam dan semakin tak ingin menjalin hubungan jangka panjang dengan manusia lain yang orang bilang sebagai rumah tangga
Komentar
Posting Komentar