Sepertinya mengenal seseorang dari luka dan latar belakang ia tumbuh mampu membuat kita paham tentang dirinya. Luka dan liku kehidupan yang ia jalani membentuk dia yang saat ini.
Manusia selalu punya pilihan untuk menjadikan luka sebagai alasan untuk berkembang atau justru menjadi aneh tak terkendali. Namun, memang tak semua karakter berkembang karena luka, tapi juga bisa dari hasil pengamatan dan olah informasi yang dilakukan oleh setiap individu.
Sayangnya hal tersebut hanya memberikan gambaran dari luar. Inilah yang sering kali membuat saya tertarik untuk mendengar. Dengan mendengar, saya mampu mendapat wawasan baru, membantu mereka menggali alasan dan kejadian fundamental yang mempengaruhi kondisi dan perspektif mereka saat ini.
Meski senang mendengar, justru menjadi sulit untuk bercerita. Beberapa tahun terakhir, saya sibuk mencari alasan untuk menikah. Namun sekarang, setelah saya membaca banyak referensi, berbagai pertanyaan menjadi muncul. Apakah saya terlalu berpikir secara logika? Apakah cara saya mempertanyakan dan berpikir seperti itu dikarenakan hati saya terlalu keras dan jarang tersentuh? Atau karena saya terlalu takut untuk mengakui bahwa saya tidak menarik sehingga tak pernah ada yang melirik. Sekalinya ada, mereka kembali menjauh karena merasa tak mungkin atau hanya sebagai teman sharing tanpa pernah ada kejelasan atau mungkin hanya saya yang berasumsi mereka mendekat.
Ternyata semakin ke sini, tidak bisa disembunyikan lagi bahwa saya butuh partner. Orang yang akan komit untuk menjalani dunia bersama. Membangun keluarga dan mencari kehangatan. Bukan berarti orang tua dan adik tidak cukup, tapi memilih seseorang mungkin akan lebih challenging karena ada proses. Berulang kali saya mencoba membuka, tapi sepertinya tidak ada yang melihat. Entah sampai kapan. Dan ternyata kenyataan bahwa selama ini saya sendiri adalah luka yang tak saya sadari hingga kini harus bertanya ke banyak "klinik" untuk mencari pengobatan dan diagnosa yang tepat.
Komentar
Posting Komentar