Birunya langit tak pernah sama. Dalam hitam dan putihnya lembaran hari, tak kunjung juga membuat manusia mampu menentukan dengan pasti terkait langkah apa yang akan didapat. Saat menjadi anak-anak, rasanya menyenangkan menjadi dewasa. Saat dewasa, justru terlalu banyak hal yang membuat bingung.
Dulu kukira kebebasan dapat menyembuhkan luka dan menjawab celah besar yang tak terisi. Berkelana mencari cara hidup, melihat dunia dan menjelajah, mencoba mencari penglihatan yang luas. Seiring waktu berjalan, luka perlahan sembuh. Pertanyaan perlahan terjawab. Dunia luas yang ingin dilihat perlahan terbuka. Namun, ternyata dunia yang luas tidak mampu memberikan kebahagiaan. Tidak hanya dalam penelitian yang membutuhkan batasan dan asumsi, ternyata dalam menata hidup pun perlu batasan. Batasan menentukan kemampuan diri. Batasan dunia yang ingin dijalani ke depan. Sebagian mengatakan, jalani saja hidup. Tapi, untuk orang-orang yang visioner menjadi sebuah masalah besar ketika tidak bisa menentukan ingin apa.
Di saat menemukan keinginan, tapi belum siap untuk mengejarnya dan menerima konsekuensi yang ada. Baru saat ini aku merasakan "arti" dari rumah itu. Merasakan "nyaman" pada rumah itu dan ingin bertahan di sana untuk membayar waktu dan kesempatan yang hilang. Memperbaiki meski hingga kini aku yakin bukan salahku.
Detik ini, tak terpikirkan olehku tentang menikah. Aku merasa masih banyak hutang waktu yang harus kubayarkan. Aku belum puas dengan masa ini. Jika suatu saat nanti aku dipertemukan dengan orang yang baik, maka aku tak ingin menjadikan keinginanku yang tertunda menjadi tanggung jawabnya. Tugasku untuk menikmati apa yang ada, memanfaatkan waktu yang ada untuk segera mempersiapkan usaha. Kesempatan yang ada saat ini hanya terus berusaha karena hanya Allah yang melihat seberapa keras usaha kita untuk menaklukkan diri kita sendiri. Seberapa keras usaha yang sudah kita kerjakan. Hanya Dia yang tahu apa yang terbaik dan apa yang diinginkan hati kecil ini.
Komentar
Posting Komentar