Hidup ini mengajarkan kita banyak hal. Semakin tinggi keinginan dan mimpi kita, semakin kompleks hidup yang akan kita jalani ketika sudah meraihnya. Sama halnya dengan perasaan tidak pernah puas, akan mencipkatan cabang permasalahan lainnya atas ketidakmampuan menerima kegagalan atau sesuatu yang belum tercapai.
Saya rasa, kompleksitas ini sejalan dengan semakin besar lingkungan dan hubungan yang kita punya, maka semakin kompleks tali relasi yang akan berkaitan. Semakin banyak perasaan yang tidak dapat kita kendalikan. Semakin kompleks reaksi yang kita terima, baik karena aksi yang kita keluarkan atau reaksi mereka atas orang lain yang akhirnya berimbas pada kita sendiri.
Manusia dewasa tak selamanya menginginkan kedewasaan. Meski saat dewasa, rasionalitas dalam otak manusia sudah terbentuk, tapi tanpa sadar akan memunculkan jiwa kekanak-kanakan sebagai perwujudan dari kebebasan yang terpendam dalam lobus korteks yang tersimpan dalam. Kita kadang tidak sadar berlaku seperti itu, tapi orang lain menyadarinya. Namun, sekeras apapun orang lain ingin menyadarkan dan mengembalikan kita ke titik kesadaran versi dewasa, perilaku itu tidak akan dapat diubah karena kemampuan manusia untuk menolak alias memilih apa yang ingin mereka ingat dan ubah.
Keegoisan kita membuat kita kadang bisa mati-matian mempertahankan ego, amarah, dan keinginan kita akan perilaku orang lain yang memiliki kepentingan dengan kita dan dalam nilai yang diyakini benar atau seharusnya. Secara impulsif, kita lupa memperhatikan peta universal dari segala cabang relasi yang ada di sekitar kita. Bias dalam bertindak. Lupa berpikir mendalam dan bertindak seenaknya menyebabkan pihak lain tidak dihargai dan tidak menempatkan prioritas. Marah atas ketidakmampuan kita mengendalikan kondisi dapat menyebabkan pencarian pada tokoh yang dapat dinilai salah. Begitu juga marah atas ketidakmampuan kita mendengar dan memperbaiki orang lain yang kita anggap perlu dapat menyebabkan kerusakan pada hari yang kita jalani.
Sekilas meluapkan amarah terlihat menjadi solusi cepat dalam memperbaiki kondisi, tapi tidak dalam jangka panjang. Pada akhirnya, sebagian manusia akan berpikir : untuk apa marah tapi mereka tidak mengerti, hanya menjadikan kita seperti mereka, lebih baik memperbaiki diri karena mereka tidak memiliki kemampuan yang sama dalam melihat sebab-akibat sejauh kita berpikir. Menjadi dewasa adalah proses yang melelahkan dan tidak semua bisa konsisten dalam menjalaninya karena dewasa tidak dapat ditolak, tapi sebagian menunda waktu untuk menjadi sepenuhnya dewasa.
Komentar
Posting Komentar