Langsung ke konten utama

Dewasa

Hidup ini mengajarkan kita banyak hal. Semakin tinggi keinginan dan mimpi kita, semakin kompleks hidup yang akan kita jalani ketika sudah meraihnya. Sama halnya dengan perasaan tidak pernah puas, akan mencipkatan cabang permasalahan lainnya atas ketidakmampuan menerima kegagalan atau sesuatu yang belum tercapai. 

Saya rasa, kompleksitas ini sejalan dengan semakin besar lingkungan dan hubungan yang kita punya, maka semakin kompleks tali relasi yang akan berkaitan. Semakin banyak perasaan yang tidak dapat kita kendalikan. Semakin kompleks reaksi yang kita terima, baik karena aksi yang kita keluarkan atau reaksi mereka atas orang lain yang akhirnya berimbas pada kita sendiri. 

Manusia dewasa tak selamanya menginginkan kedewasaan. Meski saat dewasa, rasionalitas dalam otak manusia sudah terbentuk, tapi tanpa sadar akan memunculkan jiwa kekanak-kanakan sebagai perwujudan dari kebebasan yang terpendam dalam lobus korteks yang tersimpan dalam. Kita kadang tidak sadar berlaku seperti itu, tapi orang lain menyadarinya. Namun, sekeras apapun orang lain ingin menyadarkan dan mengembalikan kita ke titik kesadaran versi dewasa, perilaku itu tidak akan dapat diubah karena kemampuan manusia untuk menolak alias memilih apa yang ingin mereka ingat dan ubah. 

Keegoisan kita membuat kita kadang bisa mati-matian mempertahankan ego, amarah, dan keinginan kita akan perilaku orang lain yang memiliki kepentingan dengan kita dan dalam nilai yang diyakini benar atau seharusnya. Secara impulsif, kita lupa memperhatikan peta universal dari segala cabang relasi yang ada di sekitar kita. Bias dalam bertindak. Lupa berpikir mendalam dan bertindak seenaknya menyebabkan pihak lain tidak dihargai dan tidak menempatkan prioritas. Marah atas ketidakmampuan kita mengendalikan kondisi dapat menyebabkan pencarian pada tokoh yang dapat dinilai salah. Begitu juga marah atas ketidakmampuan kita mendengar dan memperbaiki orang lain yang kita anggap perlu dapat menyebabkan kerusakan pada hari yang kita jalani.

Sekilas meluapkan amarah terlihat menjadi solusi cepat dalam memperbaiki kondisi, tapi tidak dalam jangka panjang. Pada akhirnya, sebagian manusia akan berpikir : untuk apa marah tapi mereka tidak mengerti, hanya menjadikan kita seperti mereka, lebih baik memperbaiki diri karena mereka tidak memiliki kemampuan yang sama dalam melihat sebab-akibat sejauh kita berpikir. Menjadi dewasa adalah proses yang melelahkan dan tidak semua bisa konsisten dalam menjalaninya karena dewasa tidak dapat ditolak, tapi sebagian menunda waktu untuk menjadi sepenuhnya dewasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Terhadap Aspek Kehidupan

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika  Terhadap Aspek Kehidupan Disusun Oleh: {          Diajeng Anjarsari Rahmadhani {          Kezia Grace Monica {          Kresna Dwiki Ramadhana {          Rashif Imaduddin Lukman KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dari Kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Adiktif dan Psikotropika. Makalah ini kami buat dengan penuh ketelitian dan kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya.  Makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi pembaca mengingat banyaknya pemanfaat negatif dari zat adiktif dan psikotropika. Dengan adanya makalah ini kami harap kita semua dapat terhindar dari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika.Zat adiktif dan psikatrop...

Kontemplasi Waktu

2021  I said : Jodohku sedang sekolah lagi, jadi belum ketemu sekarang Turns out 2023 Ternyata aku mendapatkan rezeki sekolah lagi. Apakah ini cara-Nya untuk terus membuatku berkembang? ‐--- 2016 I said : It was wrong, I wanted to start from 0 again and fix the friendship with him. Turns out  2017 Allah swt keep me away from him and show me something to realize Turns out 2020 I knew we were something and I knew why He kept me away from him. Allah swt knows me best than me and He knows I couldn't grow better with him. At the same year, I knew someone older. Someone called friend but shared a lot of perspective, listening to my childish complaint, and always able to calm me down. Until then found out, our perspective and the way we want in marriage are totally different. Until I make dua for the best and we stop communicating until then he found the right one. Meanwhile I was still searching for the meaning in life and marriage.  ---- 2022 In the confusion of what next I ne...

Dukamu Malam Ini

Ku lihat dirimu terpaku Malu sejadi-jadinya Tak pernah sedikitpun terbesit di pikirmu Dia akan berlaku seperti itu Apa memang ini definisi salah menilai dengan baik? Percuma kau ucap bahwa dia one of your one call away Percuma kau anggap dia tier satu Nyatanya semua selalu tentangnya Berjam-jam kau termangu berpikir mengapa rasanya sesakit itu Padahal kau sudah mengenalnya Malam hari ini, kau alihkan pikir dan sedihmu Tapi sepulangnya, kau masih mencari jawaban Bahkan kau alihkan berbincang dengan teman yang kau anggap pria Setelah perbincangan itu usai, bukan hiburan yang kau dapat Justru, kenyataan yang berlawanan dengan nilaimu Kejujuran yang juga menambah perih Akhirnya malam ini kau tersudut Di sebuah ruang kecil beruukuran 2,5 x 2,5 m Di atas kasur yang sama hitamnya dengan perasaanmu Dihiasi hening yang lebih kencang daripada suara papan ketik di laptopmu Setelah sekian lama, dirimu tidak berkata-kata Akhirnya malam ini kau kembali Dengan segala kerumitan yang mengacacu pikirmu ...