Ada cerita di ujung harapan yang tak terwujud. Ketika harapan mulai terluka dan lukanya semakin menganga. Terlalu berharap pada mimpi yang penuh dengan ketidakpastian. Tak perlu lagi tetes yang mengurai mencoba mendeskripsikan rasa. Jadilah ikhlas menggantikan sesak yang selama ini menggenang.
Ada kutipan dari sebuah film, "Siapa yang benar-benar mengerti cinta di dunia?".
Kumpulan kata ini tentang seorang gadis yang mencoba kembali merasa setelah sekian lama. Seorang gadis yang kini termangu manis di pojok kedai kopi yang mulai menyesakkan kerutan alis. Seorang gadis yang mencoba bersabar dan paham tentang arti penantian. Namun, bukan penantian akan seseorang yang pasti. Ini tentang penantian menjaga hati untuk sekian lama.
Jangan pernah tanyakan siapa yang pernah singgah. Pernah ada, untuk satu masa. Terjadi karena kebetulan, berhenti karena kebenaran. Sudah 2,5 tahun sejak cerita itu terasa sengaja untuk ditutup. Mungkin memang benar kata seorang pencipta sajak, Wira Nagara : "Sebelum hadir kata kenyamanan, pastikan itu cinta, bukan hanya penasaran belaka". Cerita itu memang diawali karena kata penasaran. Tercipta di saat yang naif dan lugu. Di saat hati belum tersentuh oleh kode sandi yang menjelma menjadi kenyamanan. Di saat tanggung jawab terselimut sebagai alibi adanya pertemuan. Di saat kesusahan menyamar menjadi celah curahan. Di saat proses pendewasaan menjadi alasan yang menyatukan insan.
Kisah itu berlangsung selama dua tahun intensif. Tak pernah terbayang oleh musnahnya ketidakpercayaan karena pedihnya pengkhianatan. Namun, patut untuk diakui bahwa kelembutan sentuhan dari tutur kata dan perilakunya mampu meluluhkan tembok tersebut. Jika ada banyak batasan yang membatasi dengan berbagai variabel serta ketidakpastian, maka itulah kondisi yang dia alami. Berjibaku dengan warna warni rasa di samping tanggung jawab yang memberati pundaknya. Jika saja sistem yang dipenuhi dengan kompleksitas mampu diatasi oleh simulasi, maka hal ini tidak termasuk sistem yang dapat disimulasi oleh software manapun. Karena bahkan si perasa tak mampu mendefinisikan elemen, tujuan, dan performansi yang ingin diukur.
Masa itu menjadi fase indah untuk beberapa waktu. Sebelum akhirnya bertransformasi menjadi kisah yang harus diselesaikan tanpa akhiran. Sebelum akhirnya interaksi tiada bermakna karena 2 tahun itu hanyalah fase yang berlalu. Sebelum akhirnya dia tahu siapa orang itu sebenarnya. Sebelum akhirnya dia menyadari bahwa sisi yang dikenalnya selama masa itu bukanlah karakter yang sebenarnya. Sebelum akhirnya berkesimpulan bahwa perubahan yang terjadi hanya sementara, fana saja.
Apa buruknya dari kehilangan seseorang? Entah itu keluarga, teman, sahabat pun sosok lainnya. Bukankah nurani hanya dipinjamkan rasa sebentar untuk mengerti arti kehadiran seseorang. Baiknya dari kehilangan adalah keikhlasan dan rasa syukur karena mampu memaknai pesan yang ingin disampaikan. Setidaknya setelah sekian lama berlalu, dia mampu memaknai maksud dari kisah tersebut. Karena sosok orang tersebut juga hadir untuk membantunya berakselerasi dalam memahami hakikat kehidupan.
Memori itu telah tertutup lekat menjadi kenangan tanpa rasa. Kenangan yang tak lagi mampu menggairahkan kesedihan untuk hadir jika diungkit. Jika sosok itu kembali hadir, maka diyakininya sebagai suatu keanehan karena sejauh ini terlihat hal itu tidak akan terjadi. Namun, jika benar adanya, mungkin kesan yang sama tidak akan terjadi untuk kedua kalinya.
Menjadi seorang wanita memang bukan perkara yang mudah. Memahami hakikat wanita yang sebenarnya jauh lebih sulit apalagi mengimplementasikannya. Bergelut bersama rasa dan emosi yang muda tersentil. Mencoba mengatur jadwal sikap untuk bertindak. Menganalisis posisi logika dan perasaan agak keluar di saat yang tepat. Memahami kemandirian sebagai sesuatu yang harus disyukuri dan dipelajari. Bersabar lebih di saat api mencoba membakar dari kondisi sekeliling. Mencoba menjadi air saat kobaran semakin senang melahap. Menjadi tonggak dari kekuatan untuk mampu menguatkan. Semua itu karena menjadi seorang wanita bukan sekedar menerima perhatian, menikmati pengertian, mendapat perlindungan. Namun, tentang memberi dukungan, mendengarkan, memberikan ketenangan, menciptakan indah pada kesan, dan tidak mempermasalahkan perkara yang jauh dari kepentingan.
Proses itu harus ia terima. Menelaah perjalanannya sejauh ini di tengah rintik yang enggak berhenti, membuat dingin berteman akrab dengan hangatnya cappucino yang sedang ditengguknya. Di tengah ketenangannya menelaah, kembali dibukanya galeri dalam smartphone. Membuka satu per satu foto yang berlalu. Terhenti pada foto ke sekian tentang sosok yang lain. Sosok yang hanya ditemui untuk beberapa saat dengan kesan yang tidak dapat dilupakan.
Bagaimana tidak begitu. Dalam sekejap, sosok itu mampu mencuri perhatiannya. Dengan karakter tenang dan diamnya, terpancar banyak pemikiran. Sosok yang mampu bekerja dengan profesional, mengenal budayanya dengan baik, kepekaan yang diberikan kepada dia, dan tentunya matanya yang indah. Entah kenapa, mata selalu menjadi bagian yang mencuri perhatian. Tidak hanya itu saja, suara merdu pria itu pun menyelinap di tengah malam di antara alunan lirik lagu yang diputar oleh radio. Dia rasa, sosok itu memiliki satu di antara kriteria yang dia cari. Namun, tetap saja, perkenalan dan pertemuan itu hanya sebatas profesionalitas. Sadar betul itu hanya sesaat dan tidak ada yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi itu hanya "TERKESIMA". Siapa sangka sosok itu mampu membangkitkan gairahnya untuk merangkai kata menjadi sebuah puisi.
Sederhana, jujur, diam, dan suara indah itu
Pertemuan singkat yang direncanakan oleh-Nya
Nyata dan terlalu indah untuk dilupa
3 hari yang sangat cukup untuk kagumi caramu bersikap
Masih lekat dalam memoriku tentang
Caramu memulai sapa
Caramu hadapi insiden tak terduga
Caramu memperlakukan manusia lain sungguh beretika
Indahnya caramu membalas sapa temanmu
Inisiatif tingkah laku dengan senyum menawan
Tidak tampan, tapi sikapmu buatku terkesima
Betapa profesional caramu bekerja
Tenang saja, hadirmu tidak ganggu fokus kerjaku
Namun, waktu kosongku menjadi kesempatan
Perhatikan tingkahmu
Sungguh mempesona
Teringatkah saat pertemuan itu di akalmu?
Tertinggalkah memori hari terakhir itu dalam retensimu?
Ingatkah betapa tinggi rasa ingin tahuku
Tentang kotamu
Kotamu yang telah buatku betah
Rintik hujan yang menambah jatuh cintaku
Perbedaan waktuyang sempat buatku jetlag
Namun, harus kuakui "nyaman"
Kemeja putih, jas hitam, celana kain, dan sepatu pantofel
Setelanmu yang menjadi outfit favoritku
Di antara manusia lain yang menyesak menutup hadirmu
Andai saja kau adalah sohibku, pastilah tak ragu pujian terbang untuk jiwamu
Malam itu, penutup yang indah
Pukul 00.05, pergantian hari
Di tengah malam lengangnya kotmau
Terdengar suara indah bernyanyi perlahan
Pada lagu yang diputar di radio
Dan sepertinya hanya kau yang hafal liriknya saat itu
Biarlah hembusan angin malam ini menyimpan keberatan hatiku
Karena perpisahan dengan kotamu dan juga pertemuan singkat yang mungkin
tak bermakna
Di saat beberapa kisah pengenalan itu berlalu, maka bukan lagi perkara mencari. Ini tentang peningkatan kualitas diri, waktu tunggu, dan proses fulfill order melalui permohonan serta menjaga rasa. Meski kemandirian terkadang memberikan kesepian untuk dirinya, tapi masih banyak hal yang perlu diselesaikan. Bosan bukan alasan untuk berhenti berjuang dalam waiting time. Ini tentang kesabaran, ujian, dan ketahanan. Karena barang berkualitas tinggi tidak mudah rusak, maka harganya mahal. Karena semakin singkat mean time to failure maka availability semakin tinggi, sehingga banyak hal bermanfaat yang dapat dilakukan. Dengan begitu, lebih baik dia mempelajari dan menikmati lebih banyak hal baik. Hingga waiting time menemui giliran saat material berkualitas siap diproses dan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Sebab menanti bukan lagi tenang duka baginya. Ini tentang kesabaran seperti perlahan menikmati secangkir kopi agar tak sedetik pun kenikmatan dan kehangatannya berlalu tanpa makna.
Komentar
Posting Komentar