Bahkan meniupkan sehembus napas pun luput
Di sela napas yang menyesak, ada setitik noktah hitam
Noktah yang memberi sedikit cahaya
Hanya satu kata terbaca, tak jelas karena lasak bergerak dalam akal
Hujan mengguyur sepi yang lama berandang
Tidak ada kata sani yang indah terdengar, hanya nyenyat
Mulut pun meracau tidak terima
Harapan terhempas di atas tumpukan duri yang pedih
Terjatuh dari ketinggian yang tak pernah terduga
Bukan karena seorang pun semua menjadi luput
Hanya karena lelah menjadikan semua terlihat luput dan pupus
Satu kata sederhana, bermakna pahit nan melelahkan
Semua ucapan adalah hampa tak bergerak untuk jiwa yang sedang luput
Mencoba menggali lagi potongan yang telah hilang
Noktah itu muncul lalu hilang, muncul lalu pergi
Di sini ramai, terasa sepi
Setelah diam, mencari tempat untuk bertafakur dan muhasabah
Mencari lagi hakikat bahagia di dalam benak yang tersembunyi
Untuk apa hadiah kalau ternyata dia ada di sini (hati)
Bersama air mata yang merebas, lelah dan penat kubuang
Bersihkan lagi jiwa yang pedih, menjadikan semua jelas dan tenang
Kini terlihat noktah itu, merujuk pada sebuah cahaya yang terang
Bedegap, noktah itu terbaca
Harapan kembali menyeruak dan ramai menjadi ramai
Berlari kembali menuju ramai dan menemukan kembali
Menyelesaikan rangkaian yang diistirahatkan sejenak
Bersama matahari pagi yang kembali menghembuskan semangat untuk sebuah harapan
Komentar
Posting Komentar