Dia bergelayut di bawah remangnya lampu jalan. Rentan terkena debu kendaraan. Sesekali proyek jalan menutupi bentuknya. Kini aku berada semakin dekat dengannya. Aku hampiri di tengah padatnya Jalan Raya Ir.Sukarno, Surabaya.
Aku melihat fakta bersamanya. Gedung apartemen yang baru itu sudah tinggi menjulang dengan banyak cahaya. Sedangkan gedung cantik itu bersebelahan dengan rumah sederhana yang sama bersusun dengannya. Namun, hanya dari tripleks dan kayu sederhana sebanyak tiga tingkat.
Malam ini kususri jalan bersamanya. Jalanan yang ramai tapi sepi. Kerlap kerlip cahaya terlihat tidak bermakna. No debate No discuss. Hanya aku dan sepucuk harapan yang duduk tenang di dalam bus bersama beberapa orang lainnya.
Tak sedikitpun dia mengizinkanku untuk mengingat "dia", "dia", dan "mereka". Pundakku biasanya terasa berat dan kini entah kenapa semua terasa lega. Aku merasa menemukan kembali siapa aku. Menyadarkan kembali apa dan siapa yang pantas. Oohhhh... harapan itu sering tertinggal dan kini aku akan menjemputmu...
Angin bercerita pada senja tentang kenyataan yang dihadapinya
Menuangkan kisah dalam kecepatan medium yang menggerakkan ranting kecil dan daunnya
Terkadang dia mengamuk karena mengingat hatinya yang pernah patah
Senja memang tidak sedikitpun marah
Dia menemani hingga waktunya dirasa cujup dan angin sudah merasa lega
Apa kau tahu tanda angin itu lega menceritakannya?
Dia berhembus lembut dan terkadang tidak muncul, menemani senja kembali
Dan senja membiarkan malam memberikan pelajaran bagi angin
Betapa sulitnya hidup dalam ketidakpastian
Terkadang dia harus bertahan dengan mendung padahal hujan tak kunjung curah
Dia harus menemani sabit dan bahkan sendiri tanpa bulan
Sendiri tanpa bintang
Beberapa kali senang bersama purnama dan berjuta pendaran cahaya bintang
12 jam menunggu harapan dari matahari untuk memberi pencerahan untuk manusia
Padahal senja hanya bertahan 3 jam
Malam ini angin belajar sesuatu dan kembali membuat catatan hidup
Semoga kita kembali menemukan harapan yang sempat tertinggal, menjemput jiwa yang sempat retak dan terpisah, menjumpai hati yang sempat lelah dan merasa diabaikan, memberikan harapan kembali bahwa bukan manusia yang membuatnya jatuh, patah, senang... Namun lebih daripada itu, batin dan nurani yang menentukan seberapa mampu bahagia kita hadirkan dalam kesulitan, kuat bukan karena kehadiran dan kesempatan semu, tapi karena kita mendidik jiwa dan raga kita untuk menjadi kuat dan menginspirasi yang lain.....
Namun ketika adanya harapan, menjadikan seseorang mempunyai semangat untuk menghadapi kenyataan. Nice sar!!! ��
BalasHapusNice diiii
Hapus