Perjalanan baru benar-benar belum lama dimulai. Namun, sepertinya sudah banyak yang diajarkan. Ada proses penyangkalan yang harus kuterima. Proses pencarian makna yang harus kulalui dengan berbagai ragam. Berbagai curhat atau berbagai diskusi yang menghasilkan berbagai pandangan baru yang mampu melumpuhkan pikiran picik dan negatif yang ada. Membuyarkan keluhan yang sejatinya memang tak pernah kusenangi.
Perlahan, semua seperti gabungan dari beberapa titik yang terjadi dan mewujudkan satu per satu doa yang belum terwujud di masa sebelumnya. Menerima menjadi pr yang sangat sulit di awalnya. Bukan perkara hidup sendiri dan merantau, tapi lebih kepada mengendalikan akal dan pikiran. Berhenti mengakali hati nurani dan jujur pada diri sendiri. Berhenti berpura-pura kuat dan pura-pura lainnya hanya agar dapat diterima dengan sangat baik.
Pembinaan Yang Serupa
Baru beberapa bulan lalu aku meninggalkan satu babak dan memulai hidup dengan status pekerjaan yang baru. Beberapa bulan ditempa kembali seperti pembinaan yang pernah dulu dijalani. Beragam rasa dan pikiran berkecamuk mencoba melawan dan memberontak tapi justru hanya berhenti dalam pikiran dan tak dilakukan sebab ada alasan yang kuat untuk tetap mengikuti proses. Perlahan mulai kembali mampu menikmati dan menjalani. Tepat saat pembinaan itu mulai nyaman dijalani, proses harus segera berhenti. Pindah lagi ke area lain dengan sistem yang juga berbeda. Meski tak ada penyangkalan pada proses itu, tapi cukup sulit pada awalnya untuk dijalani. Perlahan lagi mulai indah untuk dijalani. Pikiran dan perasaan mulai meninggalkan keterikatan dengan kenyamanan pada babak proses sebelumnya yang sangat aku nikmati. Kenyamanan mulai berganti topik dengan masa dan orang yang berbeda.
Keluarga Baru Untuk Sesaat
Kutemui kondisi yang sebelumnya tak pernah kutemui. Kutemui berbagai orang dengan karakter yang dulu pernah kuinginkan untuk kutemui dan berteman. Kujumpai mereka-mereka yang telah menjalani banyak hal dalam hidup. Memakan asam garam lebih banyak dan melihat hidup dengan lebih bijaksana. Kudapati mereka yang sungguh perhatian dan mengayomi hingga akhirnya untuk pertama kali dalam hidupku aku merasa punya banyak kakak dan abang. Meski awalnya tak ingin dianggap kecil, tapi justru aku menikmati. Dengan usia yang tergolong muda dan kecil, aku tetap tidak ingin dianggap anak-anak. Dari berbagai kasih sayang dan perhatian setiap harinya, aku diam-diam belajar dari mereka. Membuka pikiran dan menahan ego, mencoba menyeimbangi kedewasaan mereka sehingga tak ingin usia menjadi tolak ukur kedewasaan. Lagi-lagi kutemui nyaman bersama mereka, seolah terasa tak ingin berhenti. Sungguh bersyukur dengan lingkungan dan keluarga baru yang ada. Ada banyak hal yang dimaknai. Ada hal lain yang disyukuri. Ada banyak hal yang mengubah cara pandangku terhadap dunia. Membuatku melihat dunia senyata-nyatanya. Di samping inginku untuk tetap menjalin hubungan dan komunikasi dengan mereka, logikaku selalu menegaskan untuk tak menginginkan hal itu sebab kebersamaan tersebut hadir untuk suatu alasan. Alasan yang juga dilandasi alasan berbeda di setiap orang yang sudah mendapatkan kesempatan tersebut dan bertahan dengan berbagai ujian yang ada. Setiap orang membawa alasannya masing-masing beserta tokoh yang sudah ada.
Jalan hidup membawaku pada alur yang lain. Aku berlabuh di daerah yang semakin dekat dengan rumah secara geografis. Daerah yang jauh dari kata kota. Daerah yang sungguh berbeda dari berbagai daerah yang pernah kusinggahi. Daerah yang dulu hanya pernah ku impikan kapan aku ke sana dan untuk kepentingan apa. Daerah dengan budaya yang berbeda dan kearifan lokal yang ada.
Meski lokasi penempatanku dapat dikatakan lebih baik dari beberapa temanku, tapi pada awalnya masih ada saja hal yang belum mampu kuterima. Bahkan, sempat pada titik kufur dan membandingkan. Aku terbuai pada ekspektasiku sendiri. Hilang dalam realita yang ada. Berpura-pura menerima dan kuat serta tidak membiarkan diriku menikmati proses penyangkalan sebagai awal dari proses ikhlas. Masa awal yang sering ku kutuk. Bahkan aku mencari berbagai pandangan dari banyak orang untuk mengusir pikiran negatif. Mencari berbagai aktivitas untuk melarikan diri dari kenyataan. Bahkan merencanakan hal yang secara kemungkinan sulit untuk digapai dan mencoba memaksakan waktu itu tiba dan aku berangkat menuju tempat tersebut.
Melalui proses penyangkalan dan pelarian ke tempat lain, aku mengenal orang-orang baru. Mendengar cerita lain dari orang yang mengalami proses yang sama tapi berbeda lingkungan. Aku mulai mendengar banyak pandangan. Tak hanya itu, aku pun mencoba berdiskusi dengan mereka yang mungkin baru saja kukenal untuk beberapa bulan tapi terasa dekat. Bercerita dengan mereka yang memberikan pandangan berbeda. Tak jarang aku pun merasa kehilangan diriku yang sebenarnya. Kehilangan sosok yang pengertian dan tidak menghakimi atas apa yang terlihat sebatas mata. Perlahan kubiarkan diriku untuk merasakan dan menikmati apa itu arti dari "NOT OKAY". Meski kadang perasaan sedih dan penyangkalan menjadi satu pada kondisi yang tidak tepat sehingga mendesak untuk diluapkan. Menuju kamar mandi kantor dan membiarkan air mata yang bercerita sebab tak ada lagi kata yang dapat mencurahkan. Keluar dan menjadi okay di mata yang lainnya. Beberapa kali, bahkan berkat kondisi tersebut, aku mulai belajar kembali mengenali sisi lain diriku, mencari kembali alasan untukku tetap bertahan saat ini dan untuk ke depannya.
Perlahan, kesedihan dan ekspektasi itu mulai kusingkirkan. Aku mulai belajar berdamai dengan diriku dan juga menyelesaikan hal-hal yang dulu belum sempat kuselesaikan. Memperbaiki hal yang salah dengan seseorang di masa lalu. Membuka lembaran baru untuk kisah lainnya. Menerima apa yang ada saat ini. Membiarkan perasaan bercerita dengan caranya dan mengajarkan logika untuk memaknai hal-hal dengan lebih baik. Lebih mendekatkan diri dengan-Nya dan menjemput hal-hal yang sudah di depan mata.
Perlahan kesabaran mulai mengungguli ego. Saat kesabaran mulai berteman dengan ikhlas, perlahan jalan kebaikan terlihat. Lingkungan yang tak sesuai mulai berubah. Allah swt menunjukkan jalan yang lain dan memberikan hadiah atas kesabaran dan keikhlasan yang baru saja kunikmati dengan sangat lapang dada. Mereka yang membuatku resah mendapat kesempatan yang lebih baik di lingkungan lain. Tergantikan dengan orang-orang baru yang ku rasa akan memberikan atmosfer berbeda. Meski kepergian mereka juga menyisakan sedih dan kenangan. Membuatku juga kehilangan lucunya seorang abang dan manisnya cara seorang kakak membagikan ilmu. Namun, semua sudah ada porsinya. Kedatangan akan selalu berteman dengan kepergian. Ternyata tidak sesulit yang aku pikirkan, meski ada banyak hal yang kini menjadi tanggung jawabku.
Dengan tanggung jawab yang ada padaku saat ini, aku dapat melihat banyak hal dengan lebih nyata. Seolah Allah swt memberikan ku sesuatu yang sudah seharusnya aku pelajari. Melalui ini, Dia menjawab segala pertanyaan yang pernah ada. Mendekatkanku dengan berbagai orang yang tak seberuntung aku dan keluargaku. Mendengarkan keluhan mereka yang secara finansial tak selalu mapan. Membuatku sedikit meneteskan air mata setelah mereka pergi dan menjelaskan keperluan mereka. Bertemu dengan orang berbeda setiap harinya membuatku mampu bersyukur. Mengalahkan ego dan penatku untuk menguasai ketabahan yang sudah mulai kupupuk. Mengajarkanku untuk memaknai apa yang kutemui, tak sekedar melaksanakan tapi ada hal yang harus menambah nilai dalam diri.
Hari ini pun aku berhasil berlapang dada atas hal yang tak mampu kulakukan. Menahan diri untuk memancing diri membandingkan dengan yang lain. Menahan diri untuk bersedih dengan mencegah melihat story mereka. Meski beberapa tetap terlihat. Yang ada adalah aku ikut turut senang dengan pencapaian mereka dan berdoa agar mereka segera menemukan kesuksesan.
Saat ini aku benar-benar percaya bahwa setiap orang punya masanya masing-masing. Timeline yang berbeda. Aku bersyukur bahwa aku dapat menjalani masa ini lebih dulu dari beberapa mereka. Memperoleh pekerjaan yang awalnya kurasa tak sesuai, tapi justru ada banyak hal yang dapat mengajarkanku untuk berubah. Membuatku melihat dunia lebih nyata dari sekedar produksi, target, dan profit.
Pernah terpikir rasanya penat hidup seorang diri. Namun, perlahan aku mulai melihat hal berbeda. Aku tahu untuk siapa aku bertahan. Ada mereka yang harus kubahagiakan terlebih dahulu sebab mereka sudah sangat lama mengalahkan egonya demi aku. Menerima kerasa kepala ku dan mendukung segala keputusanku. Ada mereka yang sudah bertahan sangat lama berada di lingkungan yang secara tak langsung menekan pikiran nyaman. Aku masih ingat masa di mana aku benar-benar melihat mereka bahagia bermain di rumah keduaku (Surabaya) dan juga aku masih ingat jawaban senang mereka ketika aku tanya apakah mereka bahagia berada di Surabaya dengan segala yang ada di kota tersebut. Ada mereka yang selalu menjadi alasanku untuk meneteskan air mata dan tidak mengeluh. Ada seorang lelaki yang selalu mengajarkanku untuk berani dan tegas layaknya seorang pria yang memimpin serta menjadi si sulung yang dapat diandalkan dan menjadi teladan bagi yang lebih kecil. Ada seorang wanita yang selalu mengingatkan bahwa aku adalah seorang perempuan. Dan perpaduan keduanya membuat aku seperti ini. Meski aku lama tak di rumah, tapi dengan melihat mereka membuatku tahu mengenai prinsip hidup yang harus kutetapkan. Membuatku tahu ke mana aku harus pulang. Untuk terima kasih dengan air mata yang tak pernah mampu aku tunjukkan, aku selalu merindukan kalian dan masih selalu ingin untuk berada di rumah lebih lama. Maafkan aku.....
Komentar
Posting Komentar