Langsung ke konten utama

Postingan

Lewat

Postingan terbaru

Terjebak Dalam Bayangan

Manusia, oh Manusia Terjebak dalam angan kemungkinan dalam pikirnya Padahal sudah berulang kali dijauhkan oleh-Nya Berlalu waktu, hidupnya tenang dan baik saja Halaman tua sudah ditutup Namun, terganjal saat lintasan bayangnya nyata di mata Bukan ingin mengulang, tapi hanya saja ini tersisa kemungkinan Dibukanya kembali halaman itu Diteliti kembali karena sudah lupa rasa Baru buka satu dua kalimat, ternyata logika menolak Untuk kesekian kali, memori pahitnya mencuat Untuk apa berupaya tapi ternyata hanya give and give Untuk apa mendengar kalau ternyata tidak pernah ada pertanyaan berbalas Ternyata buku lama itu memang diperlukan Dibaca kembali, agar hati tidak menjadi bodoh Evaluasi dapat dianalisis, hingga dirimu tidak lagi jatuh pada angan Yakinlah jalanmu sejauh ini diatur oleh-Nya Dijauhkan dan ditemukan dengan orang-orang yang jauh lebih memahami Maka, manusia, kenapa ragu akan takdir-Nya Kenapa takut akan tidak menemukan padahal jalanmu adalah ditemukan Bacalah jalanmu, sepertiny

Reflection

Semakin waktu berjalan, seharusnya banyak perkembangan yang sudah terjadi. Setelah 40 kali menaiki aircraft yang berbeda, mengunjungi puluhan tempat yang beragam, menemui banyak jenis manusia, menyesuaikan banyak cara komunikasi, berdiam dan menikmati apa yang ada adalah kegiatan yang menenangkan. Setelah beragam hal yang dilewati, 26 tahun waktu berjalan dengan segala rutinitas, baru di titik ini bisa menyadari bahwa setiap momen yang terjadi memiliki peluang besar tidak dapat terulang bahkan sekedar untuk esok hari. Banyak perubahan yang begitu cepat terjadi menjadikan diri paham bahwa apa yang ada saat ini tidak boleh disia-siakan. Rumah dan tetangga yang dulu hanya sekedar bagian dari hidup yang perlu dijalani, kini setiap mengunjunginya merasa ingin duduk dan berbincang lebih lama. Tawa yang dulu hadir, kini ada dengan topik yang berbeda. Rumah-rumah sudah banyak berubah. Saudara dan keluarga semakin menua, padahal dulu saya berkembang berada di rumah itu, sekedar menjadi MC peray

EVALUASI

Kita tak akan pernah sama lagi setelah badai demi badai datang menerjang. Aku lupa, bahwa Allah swt menyayangi hamba-Nya dengan ujian yang dihadirkannya. Di saat yang sama, keimanan dan ilmu yang kita punya pun diuji. Membiarkan pilihan dan hati terbuka, telah membantu aku untuk melihat betapa dunia memang bukan tempat untuk nyaman. Betapa manusia tidak konsisten dengan dirinya sendiri. Bahkan sebagian terlihat menghindar atau penegcut, sibuk menyelamatkan citra dan keberadaan diri sendiri. Banyak hal yang terjadi di tahun ini. Banyak pelajaran yang dihadirkannya dan menantang diri untuk menunjukkan keberadaannya agar tidak diperlakukan seenaknya. At the end of the day, no one can help unless yourself. Aku mengenal beberapa manusia yang memiliki ambisi pada karir. Karir yang terlihat merupakan bagian besar dari hidupnya. Tidak salah memang, karena 5/7 akan dihabiskan di kantor, atau bahkan weekend. Mengejar ambisi dan keinginan yang mereka ciptakan. Hingga pada pertanyaan, apa aku juga

Hampir Menyerah

Alur hidup dihadirkan berbeda pada orang yang berbeda. Rasanya tidak ada yang mudah dalam hidup. Meski hidup kadang berjalan baik-baik saja dan sama saja dalam waktu yang lama, bukan berarti tidak ada kegelisahan yang dirasakan. Bangun di akhir pekan di pagi hari tapi tetap di atas kasur untuk waktu yang lama. Tidak tahu ingin melakukan hal apa lagi. Kehilangan ketertarikan dalam beraktivitas karena tidak ada hal baru. Tidak ada pergerakan untuk fase hidup berikutnya membuat bosan justru datang menghampiri. Smartphone, social media, dan segala aplikasInya tidak lagi dapat menghibur. Pekerjaan berjalan seperti biasa dengan dinamika yang sudah dapat dilihat. Seminggu mengalami penurunan kondisi fisik dan kesehatan mental yang datar, tanpa semangat.  Hari minggu dibuka dengan menonton CNN, segelas kunyit asam, dan selimut yang menjadi satu-satunya untuk dapat dipeluk hangat. Ternyata untuk sekedar bertahan menjadi positif dalam hidup saja sudah susah. Tiada cinta yang hadir, hanya kehidup

Dewasa

Hidup ini mengajarkan kita banyak hal. Semakin tinggi keinginan dan mimpi kita, semakin kompleks hidup yang akan kita jalani ketika sudah meraihnya. Sama halnya dengan perasaan tidak pernah puas, akan mencipkatan cabang permasalahan lainnya atas ketidakmampuan menerima kegagalan atau sesuatu yang belum tercapai.  Saya rasa, kompleksitas ini sejalan dengan semakin besar lingkungan dan hubungan yang kita punya, maka semakin kompleks tali relasi yang akan berkaitan. Semakin banyak perasaan yang tidak dapat kita kendalikan. Semakin kompleks reaksi yang kita terima, baik karena aksi yang kita keluarkan atau reaksi mereka atas orang lain yang akhirnya berimbas pada kita sendiri.  Manusia dewasa tak selamanya menginginkan kedewasaan. Meski saat dewasa, rasionalitas dalam otak manusia sudah terbentuk, tapi tanpa sadar akan memunculkan jiwa kekanak-kanakan sebagai perwujudan dari kebebasan yang terpendam dalam lobus korteks yang tersimpan dalam. Kita kadang tidak sadar berlaku seperti itu, tapi

Koordinasi

Memberikan respon terhadap sesuatu ternyata melalui proses koordinasi yang cukup kompleks jika dijelaskan. Sama seperti halnya anggota tubuh. Ketika seseorang ingin mengendarai kendaaran, maka dibutuhkan koordinasi dan sinkronisasi antara otak, tangan, kaki, mata, dan pendengaran. Jika salah satu tidak berada dalam posisi fokus, maka akan memungkinkan terjadinya kecelakaan.  Ketika kita berkomunikasi dengan manusia lain, akan terjadi aksi reaksi, mendengar dan merespon. Namun, kadang antara otak dan mulut terjadi salah koordinasi yang dapat menyebabkan sakit hati atau salah paham oleh pendengarnya. Padahal seharusnya informasi tersebut dicerna terlebih dahulu dan memikirkan respon yang tepat. Sering juga, kita menghabiskan kapasitas pikiran dan energi untuk mengomentari perilaku yang tidak menyenangkan padahal komentar yang dilontarkan tidak akan merubah apapun. Mungkin karena banyak yang merasakan hal yang sama sehingga membahas ketidaknyamanan itu menjadi menyenangkan. Mungkin kita s