Langsung ke konten utama

Tanpa Ujung


Tidak ada yang berbeda hari ini. Bahkan tak terasa bahwa hari demi hari berjalan begitu saja. Meski terlihat sama, tapi nyatanya semua berbeda. Ada hal lain yang kucoba singkirkan dari diriku. Tabiat tak pantas mulai ingin kutinggalkan. Mungkin bagi sebagian orang, tabiat itu lumrah karena berbagai alasan dan latar belakang. Namun, aku merasa harus berbeda, bukan?
     Sudah lebih dari satu tahun, aku mulai meninggalkan kenyamanan yang berhiaskan kegelisahan. Meninggalkan semangat menggebu untuk menjalankan berbagai visi, bahkan visi rahasia sekalipun. Ya, keputusan singkat dengan alasan yang mendalam untuk aku pilih. Terasing tapi bukan untuk terisolasi, tapi justru untuk lebih membuka mataku ke dunia baru. Semoga kalian tidak bosan karena aku masih saja sering menceritakan tentang kehidupan SMAku walaupun kini aku sudah masuk ke semester 4 kuliah. Satu hal yang harus kalian tahu, ini adalah masa di mana aku juga mulai berproses.
    Bukan keputusan mudah bagi seorang anak bawang seperti aku. Yang sering orang bilang anak karbitan, untuk masuk SMA yang jelas tidak pernah ku dengar ada permainan dan pergaulan asyik di dalamnya. Hanya ada satu hal yang menjadi alasan kuatku saat itu dan cukup aku saja yang menyimpannya meski tak tahu entah sampai kapan. Yang jelas, siapa pun yang akan ku ceritakan berarti orang yang sudah dengan matang kupilih.
     Merasa kecil tapi tak mau dianggap kecil. Aku mulai memandang dengan sisi yang berbeda. Semenjak hidup mandiri waktu itu, aku merasa aku menemukan sisi lain dari diriku yang sebenarnya. Aku mulai menemukan ambisi, kembali bersemangat untuk beraksi, dan mempelajari banyak hal, termasuk perilaku manusia. Semua menjadi menarik di mana aku berusaha mengenal pola kegiatan manusia yang hidup bersama di bawah atap asrama dan belajar di bawah atap sekolah yang sama. Banyak hal terasa menyenangkan karena hal-hal itu tidak dianggap seperti mainan atau hanya formalitas. Di mana jabatan bukan sekedar arogansi dan pembuktian diri, melainkan amanah dan tanggung jawab. Di mana aku mulai terngiang oleh sebuah kalimat " Jadilah kalian lebih dewasa dari umur kalian karena umur tidak menentukan seberapa dewasa kalian, melainkan diri kalian sendiri"
     Anak karbitan, atau apa pun lah pandangan mereka tentang orang-orang sepertiku. Aku mulai memutar stirku jauh. Aku tidak mau orang-orang seperti ku hanya dinilai dari sisi akademik, sifat kekanak-kanakan seperti yang terdoktrin pada mereka. Aku mulai melihat banyak sosok dan membuat mimpi yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Merencanakan perubahan dan inovasi serta merubah hal yang menurutku sudah tidak lagi relevan. Semua terasa tidak mudah, hingga ada waktu aku pun menjadi kambing hitam, disalahkan, perkelahian, meski ada rasa-rasa manis di dalamnya.
     Semua itu mmasih membekas dan sempat hilang. Kehilangan ambisi dan semangat membuncah untuk beraksi, mengubah dunia yang sudah tidak pantas menurutku, bergerak mengajak yang lain, dan yang utama adalah mencari orang yang sevisi denganku. Aku tidak bisa menjelaskan secara gamblang apa saja visi-visi itu di tulisan ini. Visi dan perubahan, sulit rasanya mencari pemikiran yang sejalan, aksi yang sepaham, pengertian yang sama. Tak mengapa bukannya sekarang juga prosesku. Cepat atau lambat akan ada yang bisa kutulis setelah masa proses ini berlalu dan aku akan kembali mencoba proses yang lain. Proses yang akan menunjukkan bahwa angka usia yang kumiliki jauh lebih kecil daripada apa yang ada dalam pikiranku. Jauh dari apa yang pernah kualami. Jauh dari kemampuanku untuk menilai segala sesuatu menjadi berharga. Kita semua berharga bukan? Namun, terkadang kita lupa untuk memutuskan memberi harga berapa untuk diri kita. Membuat kita menjadi mata air atau aliran air. Memilih untuk menjadi bukit atau menjadi gunung. Berjalan untuk memilih kanan atau kiri. Melangkah untuk memilih berjalan atau berlari. Berulang kali aku harus mengingatkan diriku dan mungkin untuk teman-teman yang sedang membaca juga, "Kita butuh refleksi dan instropeksi, lalu improvisasi. Kita butuh evaluasi, bukan pembenaran, melainkan pembenahan." Sebentar lagi angka yang kusebut-sebut itu akan bertambah, jujur aku tidak pernah mencobaa mengingatnya sangat keras. Karena bagiku, aku harus kembali bercermin. Apakah setahun yang lalu kujalani lebih baik daripada satu tahun sebelumnya atau sewaktu aku SMA. Saat ini, kita harus duduk sejenak dan memilih langkah supaya tahu apakah berlari itu pantas dan tak salah arah. Tidak bermaksud untuk mengajari, melainkan hanya ingin berbagi karena kadang banyak orang yang ragu untuk menegur, tapi hati dan diri kita harus tanpa segan berani menegur ke dalam. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Terhadap Aspek Kehidupan

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika  Terhadap Aspek Kehidupan Disusun Oleh: {          Diajeng Anjarsari Rahmadhani {          Kezia Grace Monica {          Kresna Dwiki Ramadhana {          Rashif Imaduddin Lukman KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dari Kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Adiktif dan Psikotropika. Makalah ini kami buat dengan penuh ketelitian dan kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya.  Makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi pembaca mengingat banyaknya pemanfaat negatif dari zat adiktif dan psikotropika. Dengan adanya makalah ini kami harap kita semua dapat terhindar dari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika.Zat adiktif dan psikatrop...

Terjebak Dalam Bayangan

Manusia, oh Manusia Terjebak dalam angan kemungkinan dalam pikirnya Padahal sudah berulang kali dijauhkan oleh-Nya Berlalu waktu, hidupnya tenang dan baik saja Halaman tua sudah ditutup Namun, terganjal saat lintasan bayangnya nyata di mata Bukan ingin mengulang, tapi hanya saja ini tersisa kemungkinan Dibukanya kembali halaman itu Diteliti kembali karena sudah lupa rasa Baru buka satu dua kalimat, ternyata logika menolak Untuk kesekian kali, memori pahitnya mencuat Untuk apa berupaya tapi ternyata hanya give and give Untuk apa mendengar kalau ternyata tidak pernah ada pertanyaan berbalas Ternyata buku lama itu memang diperlukan Dibaca kembali, agar hati tidak menjadi bodoh Evaluasi dapat dianalisis, hingga dirimu tidak lagi jatuh pada angan Yakinlah jalanmu sejauh ini diatur oleh-Nya Dijauhkan dan ditemukan dengan orang-orang yang jauh lebih memahami Maka, manusia, kenapa ragu akan takdir-Nya Kenapa takut akan tidak menemukan padahal jalanmu adalah ditemukan Bacalah jalanmu, sepertiny...

EVALUASI

Kita tak akan pernah sama lagi setelah badai demi badai datang menerjang. Aku lupa, bahwa Allah swt menyayangi hamba-Nya dengan ujian yang dihadirkannya. Di saat yang sama, keimanan dan ilmu yang kita punya pun diuji. Membiarkan pilihan dan hati terbuka, telah membantu aku untuk melihat betapa dunia memang bukan tempat untuk nyaman. Betapa manusia tidak konsisten dengan dirinya sendiri. Bahkan sebagian terlihat menghindar atau penegcut, sibuk menyelamatkan citra dan keberadaan diri sendiri. Banyak hal yang terjadi di tahun ini. Banyak pelajaran yang dihadirkannya dan menantang diri untuk menunjukkan keberadaannya agar tidak diperlakukan seenaknya. At the end of the day, no one can help unless yourself. Aku mengenal beberapa manusia yang memiliki ambisi pada karir. Karir yang terlihat merupakan bagian besar dari hidupnya. Tidak salah memang, karena 5/7 akan dihabiskan di kantor, atau bahkan weekend. Mengejar ambisi dan keinginan yang mereka ciptakan. Hingga pada pertanyaan, apa aku juga...