Langsung ke konten utama

Aku Pernah

Aku pernah berlari sekuat tenaga. Menetap pada pikiran positif agar apa yang diinginkan menjadi terwujud.

Aku pernah melihat dengan penuh harap. Membuka berbagai probabilitas yang dapat membuka mata menjadi lebih luas.

Aku pun pernah berjalan dengan sangat lambat hanya untuk merasakan setiap langkah yang kujejakkan. Ku perhatikan setiap titik yang ada tanpa perlu kuabadikan secara fisik. Karena bagiku cukup untuk melihatnya secara detail sehingga aku bisa mengenangnya dalam pikiranku.

Aku pun pernah berjalan sangat hati-hati pada jalan yang nyatanya tidak sangat berbahaya seperti dugaanku. Hanya saja lega setelah aku melewatinya walaupun tak kudapati keberuntungan pada jalan tersebut.

Aku pernah terjebak dalam situasi yang dulu hanya pernah kupertanyakan. Setelah aku berada pada posisi itu, akhirnya jawaban pun kutemui

Aku pernah mengenal seseorang dengan sangat dalam. Mengenali setiap likunya hingga aku mampu menerima ketidaksempurnaannya menjadi bagian dari diriku. Meski setelah itu, ketidaksempurnaan yang kupahami hanya tersisa menjadi kenangan sebab perubahan membawa perpisahan pada syahdu tersebut.

Aku pernah belajar lepas dari ketergantungan akan kehadiran. Melepas harap dan kesenangan untuk menemukan pahit yang mengobati. Pengobatan yang membutuhkan waktu lama.

Aku pernah memaksakan diri melakukan hal yang tak kusenangi tapi baik untuk dilakukan. Hingga pada akhirnya aku jatuh cinta pada hal itu. Namun, kusadari setelah aku meninggalkan dan menemukan kehidupan baru.

Aku pernah berteman dengan banyak orang, tapi hanya satu atau dua yang kutahu ada padaku.

Aku pernah membenci diriku yang melakukan salah pada kesalahan yang tak sepenuhnya kulakukan.

Aku pernah takut untuk bercerita pada seorang teman lelaki karena sejak awal aku harus mempersiapkan diri untuk ditinggalkannya mencari pelabuhan. Hal yang seharusnya sudah biasa kuhadapi, tapi semakin ke sini, aku semakin tidak siap.

Aku pernah merasa tidak aman pada angka di usiaku karena terlalu banyak orang yang mengatai dan menghentikan langkah yang telah kupikirkan.

Aku pernah mencoba mengenal dan memutuskan untuk membatasi sebelum tahu garis akhir.

Aku pernah untuk selalu berkata pernah. Pernah kehilangan makna. Pernah sangat bahagia dan ingin bertahan pada momen itu. Pernah ingin melekat pada seseorang. Pernah menangis sejadi-jadinya. Pernah tertawa sekeras-kerasnya. Pernah tersenyum selebar-lebarnya. dan untuk semua pernah yang telah diriku lalui, rasanya aku perlu syukur dan apresiasi pada diriku yang sudah bertahan sejauh ini. Sudah terus berpikir dan memaksa diri untuk banyak hal. Selamat menempuh pernah berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Terhadap Aspek Kehidupan

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika  Terhadap Aspek Kehidupan Disusun Oleh: {          Diajeng Anjarsari Rahmadhani {          Kezia Grace Monica {          Kresna Dwiki Ramadhana {          Rashif Imaduddin Lukman KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dari Kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Adiktif dan Psikotropika. Makalah ini kami buat dengan penuh ketelitian dan kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya.  Makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi pembaca mengingat banyaknya pemanfaat negatif dari zat adiktif dan psikotropika. Dengan adanya makalah ini kami harap kita semua dapat terhindar dari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika.Zat adiktif dan psikatrop...

Kontemplasi Waktu

2021  I said : Jodohku sedang sekolah lagi, jadi belum ketemu sekarang Turns out 2023 Ternyata aku mendapatkan rezeki sekolah lagi. Apakah ini cara-Nya untuk terus membuatku berkembang? ‐--- 2016 I said : It was wrong, I wanted to start from 0 again and fix the friendship with him. Turns out  2017 Allah swt keep me away from him and show me something to realize Turns out 2020 I knew we were something and I knew why He kept me away from him. Allah swt knows me best than me and He knows I couldn't grow better with him. At the same year, I knew someone older. Someone called friend but shared a lot of perspective, listening to my childish complaint, and always able to calm me down. Until then found out, our perspective and the way we want in marriage are totally different. Until I make dua for the best and we stop communicating until then he found the right one. Meanwhile I was still searching for the meaning in life and marriage.  ---- 2022 In the confusion of what next I ne...

Dukamu Malam Ini

Ku lihat dirimu terpaku Malu sejadi-jadinya Tak pernah sedikitpun terbesit di pikirmu Dia akan berlaku seperti itu Apa memang ini definisi salah menilai dengan baik? Percuma kau ucap bahwa dia one of your one call away Percuma kau anggap dia tier satu Nyatanya semua selalu tentangnya Berjam-jam kau termangu berpikir mengapa rasanya sesakit itu Padahal kau sudah mengenalnya Malam hari ini, kau alihkan pikir dan sedihmu Tapi sepulangnya, kau masih mencari jawaban Bahkan kau alihkan berbincang dengan teman yang kau anggap pria Setelah perbincangan itu usai, bukan hiburan yang kau dapat Justru, kenyataan yang berlawanan dengan nilaimu Kejujuran yang juga menambah perih Akhirnya malam ini kau tersudut Di sebuah ruang kecil beruukuran 2,5 x 2,5 m Di atas kasur yang sama hitamnya dengan perasaanmu Dihiasi hening yang lebih kencang daripada suara papan ketik di laptopmu Setelah sekian lama, dirimu tidak berkata-kata Akhirnya malam ini kau kembali Dengan segala kerumitan yang mengacacu pikirmu ...