Langsung ke konten utama

Mengalihkan


Mencarimu bukan lagi jalan yang dapat kulakukan. Aku beribu kilometer terpisah dengan ragamu. Pada jarak yang tak lagi mampu terhitung, jiwa dan hati kita tak dapat terukur. Hilang ditelan kegelapan yang tak pernah aku harapkan. Merasa sendiri, mencoba memperbaiki jalan yang tidak seharusnya aku ajak kamu melewati.
            Entah sudah berapa purnama kita tidak saling bercakap. Sekedar menanyakan kabar menjadi sebuah kecanggungan bagiku. Sementara bagimu, itu bukanlah hal yang biasa kamu lakukan. Di saat tak ada hal kulakukan, terkadang pikiranku tertuju padamu. Pada kerinduan yang lama kusimpan. Pada kata-kata yang tak sempat kusampaikan. Pada rasa yang perlahan mulai ku hilangkan. Karena sebenarnya aku sempat merasa bahwa perasaan yang tak sengaja tercipta ini adalah sebuah kesalahan. Tak seharusnya aku menyimpan. Namun, berada dan bersamamu adalah hal ternyaman yang pernah kutemui.
            Bagi seorang wanita sepertiku, menemukan seseorang adalah hal sulit. Sulit membuat hati dan pikiran tertarik pada sebuah ciptaan dan merasakan sesuatu. Dan sekalinya aku bertemu, sangat sulit untuk melepas. Mungkin saja aku pandai dan mahir pada hal lain dalam hidup, tapi tidak untuk urusan ini. Aku memang mengkhawatirkan atmosfer hatiku, tapi aku tahu betul waktu untuk dibagi pada hal lainnya.
            Mungkin melupakan adalah dengan mencari. Namun, tidak selamanya itu bekerja. Sementara, setiap kali aku melihat lelaki, aku secara tak sengaja membandingkannya dengan sifat baikmu. Meski di sisi lain, sisi burukmu justru membuatku tak ingin bersama denganmu. Itu kesalahanku. Memulai sangat sulit dan setiap kali kesempatan datang, aku selalu mengalihkannya pada hal lain, pada sesuatu yang aku tahu aku dapat melakukannya dengan baik.
            Kenangan yang kamu torehkan dalam labirin ingatanku sudah terlalu banyak. Percakapan manis yang sering kamu berikan. Tanda kasih yang tak sengaja kamu jejakkan. Tanda sayang yang kamu tinggikan pada tulisan di bukuku pada waktu itu.
            Berbulan-bulan, aku berlari mencari hal lain sembari melupakan dan menghilangkan rasa. Mencari jalan yang dapat kutempuh sehingga aku tak lagi mampu untuk melihat ke belakang. Sembari aku melakukan berbagai kegiatan untuk melupakan dan mengalihkanmu, tak kuizinkan diriku melihat ataupun mengajakmu berbicara melalui dunia maya. Untuk itu, aku memblokir profilmu.
            Melupakanmu bukan dengan cara memaksakan. Aku belajar melepasmu dengan ikhlas. Menerima caramu bermain dan meninggalkan tanpa harus mencari tahu siapa pemenangnya. Aku sudah merasa menang di saat ketika aku benar-benar tak teringat dirimu. Atau di saat aku tak lagi ingin melihat profilmu sebab aku punya hal lain yang harus kukerjakan.
            Ada banyak hal yang sebenarnya ingin aku sampaikan sebagai bekas sahabatmu. Aku tahu, kamu adalah orang yang baik dan hebat. Untuk itu, tolong lihat sisi positif dari hidup yang kamu punya. Bahkan ketika kamu tidak baik-baik saja, lebih baik kamu memaksakan baik-baik saja menjadi kondisimu. Aku memang tidak tahu seberat apa yang sedang kamu pikul. Yang aku tahu, aku pernah mengenalmu sangat dekat. Ada kamu yang sungguh kuat dan saling menguatkan, terutama ketika aku berada di masa terendah di proses peremajaan itu. Ada kamu yang tidak segan tersenyum padaku meskipun kamu sedang bercerita tentang masalah yang kamu hadapi. Aku ingin kamu benar-benar memahami dan menerima bahwa hal-hal yang telah ada padamu kemarin dan saat ini adalah hal terbaik yang ditakdirkan untukmu meski kamu tidak menyukainya.
            Tolong berhenti membandingkan dirimu dengan lainnya sebab kita tercipta untuk memainkan peran dan lakon berbeda. Memberikan manfaat dari sisi yang berbeda. Untuk semua hal yang tidak kamu suka dan ada di sisimu, tolong terima mereka. Untuk orang-orang yang telah menorehkan luka di masa remajamu, tolong ikhlaskan dan maafkan mereka sebab aku tahu bahwa kamu jauh lebih dewasa dari luka yang mereka berikan. Untuk orang-orang yang tak pernah ada di sisimu dan selalu kamu harapkan, tolong jangan lagi menaruh harapan pada mereka karena itu hanya akan menyakitimu lebih dalam. Untuk mereka yang tak pernah terlihat di matamu, tapi selalu berada di sekitarmu, tolong kamu kembalikan memori itu. Ingat kembali siapa mereka dan identifikasi mana yang benar-benar memiliki ketulusan untukmu. Cobalah menelisik apakah kini mereka masih berada di sampingmu. Apabila mereka telah menjauh di masa ini, tolong berpikirlah, apakah kamu benar menerima kebaikan mereka sehingga mereka mampu menganggpamu. Atau justru mereka telah lelah berada di sampingmu karena tak ada penghargaan yang hadir darimu. Untuk kesempatan yang dibuang oleh mereka yang kamu beri, tolong belajar lagi sebab kita belajar dari beberapa salah yang kita lakukan. Untuk orang yang pernah kamu percayai, hubungilah mereka dan pastikan bahwa terima kasih pernah kamu berikan. Untuk orang-orang yang pernah kamu cintai dalam satu masa, percayalah mereka memberikan sejarah dan pelajaran dalam proses hidup. Untuk teman-teman yang saat ini kamu hindari dan jauhi, aku minta tolong padamu untuk berdamai dengan keegoisanmu. Terimalah semua yang pernah kamu benci dan jangan kamu korbankan mereka karena orang yang lainnya.
            Sebagai seseorang yang pernah menyayangimu sangat dalam, ini adalah kata-kata yang ingin kusampaikan sebelum rasa ini benar-benar hilang dari hidupku. Aku memang hanyalah seorang manusia yang pernah mengetahui keberadaanmu di beberapa masa sebelum ini, dan kamu pun juga mengetahuiku. Dulu, aku adalah anak kecil dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Bukan tanpa sebab, tapi karena aku meyakini adanya kebaikan yang tersembunyi di antara keburukan yang manusia lain bicarakan tentangmu. Berawal dari rasa penasaranku, aku mencari tahu. Semesta memberiku dukungan dengan berbagai kondisi yang tak sengaja mendekatkan kita. Waktu berpihak pada kesedihan dan kegelisahan yang kita alami. Logika dan nuraniku sepakat untuk belajar dan memperdalam pemahaman terhadap perasaan lainnya. Darimu, aku menerima pembelajaran itu, maka terima kasih. Mungkin memang daya pikir kita yang terlalu berat sehingga dapat mempersatukan frekuensi pemikiran kita. Atau mungkin aku yang secara tidak sadar, menyesuaikan dengan frekuensimu pada beberapa hal. Dari kehilanganmu, aku mengerti apa perasaan aneh yang selama ini menemani hidupku saat kita masih saling mendengar. Dari kehadiranmu, aku mengerti rasanya diperhatikan, diayomi, dan didengar sebab aku terlalu senang memikirkan orang lain. Dari candamu, aku belajar mencari bagian lain dari sosok manusia sepertimu.
            Aku berjalan di titian yang dulu sempat bersinggungan denganmu. Ketahuilah, mendengar kisahmu membuatku terasa lebih hidup. Pertanyaanmu tentang kondisiku membuatku merasa dihargai sebagai manusia. Dikuatkan olehmu membuatku merasakan adanya kasih sayang dari seorang lelaki. Dijaga olehmu membuatku merasa dianggap sebagai wanita. Untuk itu semua, aku mengucapkan banyak terima kasih. Aku belajar menyayangi tanpa harus terikat. Aku belajar menyembuhkan tanpa harus ada vonis. Aku belajar menerima dari ketiadaanmu yang ada.
            Bertahun-tahun tanpa kehadiranmu, aku belajar menyembuhkan. Aku semakin belajar dan menemukan diriku yang sebenarnya. Luka dan ketiadaanmu membuatku bergerak lebih kencang dari sebelumnya. Memberikan ruang untuk kerapuhanku menyelesaikan urusannya. Membiarkan logikaku menajam agar tak diperbudak oleh keegoisan perasaan semata. Nuraniku belajar menimbang keputusan terbaik berdasarkan perasaan dan logika. Mimpiku belajar untuk semakin berkembang dan memimpikan hal baru yang belum sempat terpikirkan.
            Bertahun-tahun tanpa kehadiranmu, aku mencoba kembali mencari tahu keberadaanmu. Melalui berbagai social mediamu yang ada. Tanpaku, kamu terlihat lebih abstrak dalam berekspresi. Namun, sepertinya kamu baik saja. Atau justru sangat tidak baik. Tentang kabarmu, ada beberapa teman yang ternyata masih kamu izinkan untuk saling mengetahui. Kamu mengemban amanah yang berat. Sesuatu yang dulu sempat kamu kutuk dan entah kenapa kamu mengambilnya di masa yang lain. Dan untuk beberapa wanita yang sempat menghiasi gambar di social mediamu, semoga kamu tidak menjadikan mereka pelampiasan atas ketidaksenanganmu terhadap suatu keadaan. Ketahuilah, aku tak pernah ingin memilikimu. Aku hanya memiliki rasa yang tak sengaja hadir dan setengah mati aku hampir menghilangkannya. Percayalah, suatu saat aku akan menganggapmu seperti biasa. Setelah semua urusan menghilangkan ini selesai.
            Aku tak bisa terus berdiam diri dan membiarkan kata-kataku tertulis karenamu. Untuk itu, aku mengalihkannya. Mencari topik lain yang dapat membuat aku tetap dapat menulis. Mencoba menemui dan memberikan posisi khusus pada beberapa lelaki yang kutemui meski tak sedikitpun rasaku pernah tertinggal. Memaksakan diri untuk mengagumi agar aku belajar untuk benar-benar melupakan. Selamat membaca hal lain yang kutulis. Karena semua ini adalah proses yang harus kulalui untuk akhirnya benar-benar sembuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Terhadap Aspek Kehidupan

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika  Terhadap Aspek Kehidupan Disusun Oleh: {          Diajeng Anjarsari Rahmadhani {          Kezia Grace Monica {          Kresna Dwiki Ramadhana {          Rashif Imaduddin Lukman KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dari Kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Adiktif dan Psikotropika. Makalah ini kami buat dengan penuh ketelitian dan kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya.  Makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi pembaca mengingat banyaknya pemanfaat negatif dari zat adiktif dan psikotropika. Dengan adanya makalah ini kami harap kita semua dapat terhindar dari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika.Zat adiktif dan psikatrop...

Terjebak Dalam Bayangan

Manusia, oh Manusia Terjebak dalam angan kemungkinan dalam pikirnya Padahal sudah berulang kali dijauhkan oleh-Nya Berlalu waktu, hidupnya tenang dan baik saja Halaman tua sudah ditutup Namun, terganjal saat lintasan bayangnya nyata di mata Bukan ingin mengulang, tapi hanya saja ini tersisa kemungkinan Dibukanya kembali halaman itu Diteliti kembali karena sudah lupa rasa Baru buka satu dua kalimat, ternyata logika menolak Untuk kesekian kali, memori pahitnya mencuat Untuk apa berupaya tapi ternyata hanya give and give Untuk apa mendengar kalau ternyata tidak pernah ada pertanyaan berbalas Ternyata buku lama itu memang diperlukan Dibaca kembali, agar hati tidak menjadi bodoh Evaluasi dapat dianalisis, hingga dirimu tidak lagi jatuh pada angan Yakinlah jalanmu sejauh ini diatur oleh-Nya Dijauhkan dan ditemukan dengan orang-orang yang jauh lebih memahami Maka, manusia, kenapa ragu akan takdir-Nya Kenapa takut akan tidak menemukan padahal jalanmu adalah ditemukan Bacalah jalanmu, sepertiny...

EVALUASI

Kita tak akan pernah sama lagi setelah badai demi badai datang menerjang. Aku lupa, bahwa Allah swt menyayangi hamba-Nya dengan ujian yang dihadirkannya. Di saat yang sama, keimanan dan ilmu yang kita punya pun diuji. Membiarkan pilihan dan hati terbuka, telah membantu aku untuk melihat betapa dunia memang bukan tempat untuk nyaman. Betapa manusia tidak konsisten dengan dirinya sendiri. Bahkan sebagian terlihat menghindar atau penegcut, sibuk menyelamatkan citra dan keberadaan diri sendiri. Banyak hal yang terjadi di tahun ini. Banyak pelajaran yang dihadirkannya dan menantang diri untuk menunjukkan keberadaannya agar tidak diperlakukan seenaknya. At the end of the day, no one can help unless yourself. Aku mengenal beberapa manusia yang memiliki ambisi pada karir. Karir yang terlihat merupakan bagian besar dari hidupnya. Tidak salah memang, karena 5/7 akan dihabiskan di kantor, atau bahkan weekend. Mengejar ambisi dan keinginan yang mereka ciptakan. Hingga pada pertanyaan, apa aku juga...