Mencarimu bukan lagi jalan yang dapat
kulakukan. Aku beribu kilometer terpisah dengan ragamu. Pada jarak yang tak
lagi mampu terhitung, jiwa dan hati kita tak dapat terukur. Hilang ditelan
kegelapan yang tak pernah aku harapkan. Merasa sendiri, mencoba memperbaiki
jalan yang tidak seharusnya aku ajak kamu melewati.
Entah
sudah berapa purnama kita tidak saling bercakap. Sekedar menanyakan kabar
menjadi sebuah kecanggungan bagiku. Sementara bagimu, itu bukanlah hal yang
biasa kamu lakukan. Di saat tak ada hal kulakukan, terkadang
pikiranku tertuju padamu. Pada kerinduan yang lama kusimpan. Pada kata-kata
yang tak sempat kusampaikan. Pada rasa yang perlahan mulai ku hilangkan. Karena
sebenarnya aku sempat merasa bahwa perasaan yang tak sengaja tercipta ini
adalah sebuah kesalahan. Tak seharusnya aku menyimpan. Namun, berada dan
bersamamu adalah hal ternyaman yang pernah kutemui.
Bagi
seorang wanita sepertiku, menemukan seseorang adalah hal sulit. Sulit membuat
hati dan pikiran tertarik pada sebuah ciptaan dan merasakan sesuatu. Dan
sekalinya aku bertemu, sangat sulit untuk melepas. Mungkin saja aku pandai dan
mahir pada hal lain dalam hidup, tapi tidak untuk urusan ini. Aku memang
mengkhawatirkan atmosfer hatiku, tapi aku tahu betul waktu untuk dibagi pada
hal lainnya.
Mungkin
melupakan adalah dengan mencari. Namun, tidak selamanya itu bekerja. Sementara,
setiap kali aku melihat lelaki, aku secara tak sengaja membandingkannya dengan
sifat baikmu. Meski di sisi lain, sisi burukmu justru membuatku tak ingin
bersama denganmu. Itu kesalahanku. Memulai sangat sulit dan setiap kali
kesempatan datang, aku selalu mengalihkannya pada hal lain, pada sesuatu yang
aku tahu aku dapat melakukannya dengan baik.
Kenangan
yang kamu torehkan dalam labirin ingatanku sudah terlalu banyak. Percakapan
manis yang sering kamu berikan. Tanda kasih yang tak sengaja kamu jejakkan.
Tanda sayang yang kamu tinggikan pada tulisan di bukuku pada waktu itu.
Berbulan-bulan,
aku berlari mencari hal lain sembari melupakan dan menghilangkan rasa. Mencari
jalan yang dapat kutempuh sehingga aku tak lagi mampu untuk melihat ke belakang.
Sembari aku melakukan berbagai kegiatan untuk melupakan dan mengalihkanmu, tak
kuizinkan diriku melihat ataupun mengajakmu berbicara melalui dunia maya. Untuk
itu, aku memblokir profilmu.
Melupakanmu
bukan dengan cara memaksakan. Aku belajar melepasmu dengan ikhlas. Menerima
caramu bermain dan meninggalkan tanpa harus mencari tahu siapa pemenangnya. Aku
sudah merasa menang di saat ketika aku benar-benar tak teringat dirimu. Atau di
saat aku tak lagi ingin melihat profilmu sebab aku punya hal lain yang harus
kukerjakan.
Ada
banyak hal yang sebenarnya ingin aku sampaikan sebagai bekas sahabatmu. Aku
tahu, kamu adalah orang yang baik dan hebat. Untuk itu, tolong lihat sisi
positif dari hidup yang kamu punya. Bahkan ketika kamu tidak baik-baik saja, lebih
baik kamu memaksakan baik-baik saja menjadi kondisimu. Aku memang tidak tahu
seberat apa yang sedang kamu pikul. Yang aku tahu, aku pernah mengenalmu sangat
dekat. Ada kamu yang sungguh kuat dan saling menguatkan, terutama ketika aku
berada di masa terendah di proses peremajaan itu. Ada kamu yang tidak segan
tersenyum padaku meskipun kamu sedang bercerita tentang masalah yang kamu
hadapi. Aku ingin kamu benar-benar memahami dan menerima bahwa hal-hal yang
telah ada padamu kemarin dan saat ini adalah hal terbaik yang ditakdirkan
untukmu meski kamu tidak menyukainya.
Tolong
berhenti membandingkan dirimu dengan lainnya sebab kita tercipta untuk
memainkan peran dan lakon berbeda. Memberikan manfaat dari sisi yang berbeda.
Untuk semua hal yang tidak kamu suka dan ada di sisimu, tolong terima mereka.
Untuk orang-orang yang telah menorehkan luka di masa remajamu, tolong ikhlaskan
dan maafkan mereka sebab aku tahu bahwa kamu jauh lebih dewasa dari luka yang
mereka berikan. Untuk orang-orang yang tak pernah ada di sisimu dan selalu kamu
harapkan, tolong jangan lagi menaruh harapan pada mereka karena itu hanya akan
menyakitimu lebih dalam. Untuk mereka yang tak pernah terlihat di matamu, tapi
selalu berada di sekitarmu, tolong kamu kembalikan memori itu. Ingat kembali
siapa mereka dan identifikasi mana yang benar-benar memiliki ketulusan untukmu.
Cobalah menelisik apakah kini mereka masih berada di sampingmu. Apabila mereka
telah menjauh di masa ini, tolong berpikirlah, apakah kamu benar menerima
kebaikan mereka sehingga mereka mampu menganggpamu. Atau justru mereka telah
lelah berada di sampingmu karena tak ada penghargaan yang hadir darimu. Untuk
kesempatan yang dibuang oleh mereka yang kamu beri, tolong belajar lagi sebab
kita belajar dari beberapa salah yang kita lakukan. Untuk orang yang pernah
kamu percayai, hubungilah mereka dan pastikan bahwa terima kasih pernah kamu berikan.
Untuk orang-orang yang pernah kamu cintai dalam satu masa, percayalah mereka
memberikan sejarah dan pelajaran dalam proses hidup. Untuk teman-teman yang
saat ini kamu hindari dan jauhi, aku minta tolong padamu untuk berdamai dengan
keegoisanmu. Terimalah semua yang pernah kamu benci dan jangan kamu korbankan
mereka karena orang yang lainnya.
Sebagai
seseorang yang pernah menyayangimu sangat dalam, ini adalah kata-kata yang
ingin kusampaikan sebelum rasa ini benar-benar hilang dari hidupku. Aku memang
hanyalah seorang manusia yang pernah mengetahui keberadaanmu di beberapa masa
sebelum ini, dan kamu pun juga mengetahuiku. Dulu, aku adalah anak kecil dengan
rasa ingin tahu yang tinggi. Bukan tanpa sebab, tapi karena aku meyakini adanya
kebaikan yang tersembunyi di antara keburukan yang manusia lain bicarakan
tentangmu. Berawal dari rasa penasaranku, aku mencari tahu. Semesta memberiku
dukungan dengan berbagai kondisi yang tak sengaja mendekatkan kita. Waktu
berpihak pada kesedihan dan kegelisahan yang kita alami. Logika dan nuraniku
sepakat untuk belajar dan memperdalam pemahaman terhadap perasaan lainnya.
Darimu, aku menerima pembelajaran itu, maka terima kasih. Mungkin memang daya
pikir kita yang terlalu berat sehingga dapat mempersatukan frekuensi pemikiran
kita. Atau mungkin aku yang secara tidak sadar, menyesuaikan dengan frekuensimu
pada beberapa hal. Dari kehilanganmu, aku mengerti apa perasaan aneh yang
selama ini menemani hidupku saat kita masih saling mendengar. Dari kehadiranmu,
aku mengerti rasanya diperhatikan, diayomi, dan
didengar sebab aku terlalu senang memikirkan orang lain. Dari candamu, aku
belajar mencari bagian lain dari sosok manusia sepertimu.
Aku
berjalan di titian yang dulu sempat bersinggungan denganmu. Ketahuilah,
mendengar kisahmu membuatku terasa lebih hidup. Pertanyaanmu tentang kondisiku
membuatku merasa dihargai sebagai manusia. Dikuatkan olehmu membuatku merasakan
adanya kasih sayang dari seorang lelaki. Dijaga olehmu membuatku merasa dianggap
sebagai wanita. Untuk itu semua, aku mengucapkan banyak terima kasih. Aku
belajar menyayangi tanpa harus terikat. Aku belajar menyembuhkan tanpa harus
ada vonis. Aku belajar menerima dari ketiadaanmu yang ada.
Bertahun-tahun
tanpa kehadiranmu, aku belajar menyembuhkan. Aku semakin belajar dan menemukan
diriku yang sebenarnya. Luka dan ketiadaanmu membuatku bergerak lebih kencang
dari sebelumnya. Memberikan ruang untuk kerapuhanku menyelesaikan urusannya.
Membiarkan logikaku menajam agar tak diperbudak oleh keegoisan perasaan semata.
Nuraniku belajar menimbang keputusan terbaik berdasarkan perasaan dan logika.
Mimpiku belajar untuk semakin berkembang dan memimpikan hal baru yang belum
sempat terpikirkan.
Bertahun-tahun
tanpa kehadiranmu, aku mencoba kembali mencari tahu
keberadaanmu. Melalui berbagai social mediamu yang
ada. Tanpaku, kamu terlihat lebih abstrak dalam berekspresi. Namun, sepertinya
kamu baik saja. Atau justru sangat tidak baik. Tentang kabarmu, ada beberapa
teman yang ternyata masih kamu izinkan untuk saling mengetahui.
Kamu mengemban amanah yang berat. Sesuatu yang dulu sempat kamu kutuk dan entah
kenapa kamu mengambilnya di masa yang lain. Dan untuk beberapa wanita yang
sempat menghiasi gambar di social mediamu,
semoga kamu tidak menjadikan mereka pelampiasan atas ketidaksenanganmu terhadap
suatu keadaan. Ketahuilah, aku tak pernah ingin memilikimu. Aku hanya memiliki
rasa yang tak sengaja hadir dan setengah mati aku hampir menghilangkannya.
Percayalah, suatu saat aku akan menganggapmu seperti biasa. Setelah semua urusan
menghilangkan ini selesai.
Aku
tak bisa terus berdiam diri dan membiarkan kata-kataku tertulis
karenamu. Untuk itu, aku mengalihkannya. Mencari topik lain yang dapat membuat
aku tetap dapat menulis. Mencoba menemui dan memberikan posisi khusus pada beberapa
lelaki yang kutemui meski tak sedikitpun rasaku pernah tertinggal. Memaksakan
diri untuk mengagumi agar aku belajar untuk benar-benar melupakan. Selamat
membaca hal lain yang kutulis. Karena semua ini adalah proses yang harus
kulalui untuk akhirnya benar-benar sembuh.
Komentar
Posting Komentar