Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Hidup

Aku melihatnya nyala Kadang terlihat padam dan mendung Kadang juga murung Kadang juga tidak mengerti kenapa harus hujan Naik dan turunnya membuat letih Namun, datar juga kadang tidak memberi variasi Aku tidak paham dengan algoritmanya Bahkan hanya untuk satu manusia saja tidak dapat dirumus  Dia terlalu unik Patah dan tumbuhnya bersilih  Tanpa sadar membangun pendewasaan yang tercipta Hanya saja terlalu sulit dipahami Terlalu abstrak tapi beberapa ada rumus penyelesaian Sayangnya tidak ada rumus untuk memprediksinya Hanya sisa-sisa kenangan yang bias Dan harapan yang kadang pupus menjadi debu Diterpa angin, pergi hingga ke arah yang tak dipahami Mengalun pada hening yang bersajak Berdendang bersama suara hewan yang tak saling memahami Mencaci fakta meski tahu dia tidak akan berubah Dia suka sendiri terlalu sering Mengajarkan banyak cerita hingga tak mampu lagi bercerita Tak ada lagi tokoh yang dapat dikisahkan Bosan pada reka ulang yang terjadi dan kisah yang terus diulang untuk diberi

Tentang Kemarin Malam

Ini tidak akan selesai jika tidak dijabarkan dalam kata ataupun gambar. Untuk kesekian kalinya, kebenaran itu hadir tanpa dipaksa. Secara natural, perbincangan selalu mengalir tanpa paksaan. Pertanyaan yang hadir selama ini pun terjawab. Aku kembali patah untuk kesekian kalinya. Kesekian kalinya aku bingung mengkategorikannya. Apakah aku patah karena ada sedikit harapan tentangnya atau hanya sekedar rasa sedih dalam karena hanya aku yang tidak memiliki siapapun, yang ada hanya sementara ataupun untuk masa depan. Atau aku terlalu salah menilai diriku sendiri. Aku mengenal sisi lainnya yang tidak banyak orang tahu dan aku tahu ada seseorang di sisinya serta masalah apa yang membuatnya kian tak berdua secara komitmen. Aku terlalu jauh menyiapkan diri jika aku tidak dapat seperti apa yang kumau. Aku mulai menurunkan ego. Aku membuka diri. Aku menceritakan perjalanan. Semua berujung padanya yang menceritakan bahwa dia sedang berada dalam dekapan seseorang.  Alasan kenapa tidak kunjung menik

TAKUT

 Selalu ada duka yang sulit untuk disembuhkan. Rasa sepi yang semakin menggumun meski ramai dengan tawa. Hanya ada aku dan aku dan hanya aku. Rasanya latihan kemandirian ini selalu bergulir, entah sampai kapan. Sepi dan sepi lagi. Merasa tak pantas untuk merasa sedih dan tidak dalam kondisi baik-baik saja. Pun jika kubiarkan diri, tak ada yang akan peduli. Aku tak butuh banyak, aku hanya cukup satu, tapi rasanya tak kunjung datang.  Aku terlalu takut untuk mengakui ketakutanku. Ketakutan terlihat lemah meski semua pasti tahu. Takut menjadi lemah dan selalu berusaha kuat dengan sendiri meski nyatanya semua hanya tersembunyi. Sulit sekali untuk berekspresi seperti mereka. Entah aku yang tidak mampu bercerita atau aku yang terlalu datar. Adakah masa dan kesempatan untukku merasa dimengerti, ditemani, didengar, dan hal baik lainnya. Entah harus berapa ratus kali menjadi pendengar, tapi tak mampu didengar. Berulang kali menemani tapi berulang kali juga ditinggalkan. Menemukan untuk kehilang