Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

SAJAK I

Sepertinya kita hanya terlalu enggan Enggan untuk banyak hal Enggan untuk saling menanyakan kabar Enggan untuk meluruskan Dan enggan lainnya Membiarkan enggan mencerna secara sepihak Membuatnya menutup akal dari membuka pikiran Terkadang justru kita mengutuk kondisi Membuat aku tak mampu mengingat hal terbaik dengan cara yang baik Terkadang justru kamu membungkam aku yang sedang bergerak Kita adalah dua sisi yang tak pernah bisa terpisahkan Sebab kita hanya seorang manusia Dengan beragam sisi kadang kita saling menanyakan tentang dominasi Tentang kecenderungan yang bahkan mungkin tak penting Sadar atau tidak sadar kita sudah bersama lama Bercengkrama dan kadang sering beradu pendapat Namun, kita tak sedikitpun saling meninggalkan Kadang aku biarkan kamu memilih Kadang aku biarkan kamu mengalah Kadang juga aku membiarkanmu berprasangka Kita tergabung dalam satu dimensi Menyeimbangkan hidup dengan cara kita Pernah juga kita sepakat Mencoba meraih satu kata

CHAPTER III

Perjalanan baru benar-benar belum lama dimulai. Namun, sepertinya sudah banyak yang diajarkan. Ada proses penyangkalan yang harus kuterima. Proses pencarian makna yang harus kulalui dengan berbagai ragam. Berbagai curhat atau berbagai diskusi yang menghasilkan berbagai pandangan baru yang mampu melumpuhkan pikiran picik dan negatif yang ada. Membuyarkan keluhan yang sejatinya memang tak pernah kusenangi. Perlahan, semua seperti gabungan dari beberapa titik yang terjadi dan mewujudkan satu per satu doa yang belum terwujud di masa sebelumnya. Menerima menjadi pr yang sangat sulit di awalnya. Bukan perkara hidup sendiri dan merantau, tapi lebih kepada mengendalikan akal dan pikiran. Berhenti mengakali hati nurani dan jujur pada diri sendiri. Berhenti berpura-pura kuat dan pura-pura lainnya hanya agar dapat diterima dengan sangat baik.  Pembinaan Yang Serupa Baru beberapa bulan lalu aku meninggalkan satu babak dan memulai hidup dengan status pekerjaan yang baru. Beberapa

CHAPTER II

Melihat update seperti ini setiap hari di sebuah grup kerja membuatku menyadari beberapa hal. Melihat mereka yang rela bekerja dengan sistem shift hingga malam untuk penghasilan yang aku tak tahu apakah cukup besar atau sekedar cukup untuk mereka. Dengan apa yang kudapat saat ini saja aku terkadang masih kurang bersyukur. Padahal meski awalnya penuh dengan pertentangan dengan prinsip dan karakterku, kini aku mulai berdamai. Justru harusnya aku lebih beruntung daripada mereka. Melihat lingkungan kerja yang harus dijalani hanya dengan beberapa orang demi pengamanan dan tugas. Meski mereka mungkin tidak leluasa meng-eksplor lingkungan sosial mereka, tapi aku yakin bahwa keluarga mereka justru menjadi hal yang terpenting. Bekerja di suasana sepi meski hanya sekedar stand by tetap dijalani setiap hari. Laporan rutin dan mungkin saja masih banyak lagi problema hidup yang mereka alami. Sudah seharusya memang aku menjadi lebih peka pada sekitar. Mengubah cara pandang dan

CHAPTER I

Tak terasa waktu berjalan terus. Tanpa disadari atau dengan penuh sadar. Perlahan akan terlupakan oleh pikiran tentang banyaknya hal yang telah terlalui.  Kaki melangkah dan terus berjalan. Meski berat melangkah pada licinnya pasir atau tajamnya batu kerikil, tapi setidaknya semua menjadi "harus" untuk dilewati. Bukan tentang memahami hal yang belum terjadi, tapi tentang menerima hal yang harus dilakukan. Menerima hal yang sudah diberikan. Mungkin pada awalnya banyak duka yang hadir. Mungkin juga ada kalanya kepercayaan diri menghilang. Perlahan semua itu mulai memberikan jawaban. Begitu banyak kesulitan yang hadir dan menyiksa rasa, tapi ternyata semua ingin mengajarkanku. Melalui semua penyangkalan, kepedihan, dan derai air mata, aku mulai belajar. Satu per satu mulai ditata. Satu per satu mulai diperbaiki. Melalui segala himpitan, membuatku belajar lebih baik tentang diri ini. Mengingatkan kembali arah dan tujuan hidup ini. Mengingatkanku akan visi hidupku sebagai ham