Langsung ke konten utama

22

Menjadi 22, mungkin hanya sebuah angka. Namun, apa yang terkandung pada 22 tahun hidup akan berbeda bagi setiap orang. Jika ada pernyataan yang menyatakan bahwa semakin dewasa maka semakin banyak perayaan tidak berharga, maka kurasa itu pun benar. Namun, dalam setiap detik waktu yang berjalan, bukan kah seharusnya memiliki makna. Atau justru terasa hanya terlewat begitu saja.

Mungkin karena kondisi yang dihadapi sekarang berbeda, maka akan berbeda pula pemikiran dan pola pikir yang ada. Awalnya semua terasa tak ada masalah hingga pada akhirnya yang tak pernah terpikirkan akan hadir menjadi pikiran. Yang dulunya baik-baik saja dan menikmati hidup sendiri serta membiarkan semua berjalan, kini berubah menjadi titik-titik yang perlu direncanakan. Menjadi titik yang perlu digambarkan secara kasar agar hidup selalu memiliki tujuan.

Semua berubah. Hal-hal yang dulu terasa tak penting tapi dipenting-pentingkan, kini menjadi benar-benar perlu ditinggalkan. Begitu banyak cerminan hidup yang ditampilkan dalam berbagai bingkai yang terlihat. Angka bukan sebuah cerminan menjadi benar. Nyatanya, peranan yang ditetapkan oleh jalan hidup yang diberikan oleh-Nya tidak memandang angka atau usia. Ada masa di mana orang yang berusia kecil harus menanggung beban lebih atau harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang yang lebih tua atau berpengalaman. Ada masanya di mana orang yang lebih tua meminta pertimbangan yang lebih kecil dalam mengambil keputusan atau bahkan meminta bantuan.

Tidak semua dapat dipilih dan tidak semua bisa memilih. Semakin ke sini, terlihat bahwa justru semakin banyak yang harus diterima. Ada satu masa yang memerlukan diri untuk memilih dan tahun-tahun berikutnya adalah konsekuensi dari satu pilihan yang telah dipilih. Kecuali jika ada suatu ketetapan yang tak dapat diterima  dan justru membuat alternatif pilihan lainnya.

Banyak yang mengatakan masih kecil. Memang benar sih, masih terlalu sering berdebat dengan diri sendiri dalam hati. Masih terus mencari ke mana arah dan prinsip diri ini dapat dipertahankan. Menghadapi berbagai hal yang tidak sesuai dan menerima hal yang tidak disenangi menjadi bagian dari diri.

Siapa sangka orang yang suka bermain di balik layar menjadi cermin utama di depan layar. Siapa menduga bahwa orang yang tak suka keramaian bahkan kini harus menghadapi berbagai macam orang berbeda setiap harinya, Namun, kesenangan untuk mendengarkan orang menjadi satu keahlian yang sekarang bermanfaat. Menjadi bagian dari pekerjaan yang tak pernah disangka akan seperti ini. Kalau dulu selalu senang menanyakan kabar orang lain dan mendengar kesusahannya, maka kini aku tak perlu mencari karena setiap hari ada saja cerita baru. Pada mulanya, ada sekilas pikiran lelah yang mendoktrin sebuah paradigma dan mengatakan : jika terus mendengarkan dan bertanya, maka kapan diri ini akan ditanya dan didengar. Namun, semakin berjalan waktu, pikiran itu menjadi tidak penting. Mendengarkan diri sendiri dan memahami apa inginnya menjadi sesuatu yang sulit meski keinginan untuk didengar dan ditanya itu terkadang hadir.

Dalam rintisan dan goresan cerita yang ada, satu per satu makna mulai didapat. Pelajaran tentang manusia mulai terlihat. Sesuatu yang dulu tak terlalu banyak didapat. Memahami tanpa menuntut untuk dipahami karena pada akhirnya akan ada satu yang selalu mencoba untuk mengerti tanpa menghakimi. Bersabar dan menjaga diri serta seluruh mimpi yang ada memang terasa sulit. Bersabar pada setiap detiknya terasa semakin sulit. Mungkin yang dibutuhkan bukan sekedar banyaknya cakap yang terlontar, tapi sebanyak apa dipahami. Sebanyak apa kaki ingin melangkah dan bagaimana beranjak untuk menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Di awal angka ini, hampir seluruh pertanyaan sudah menemukan jawabannya. Dan rasanya tidak ingin lagi menambah pertanyaan untuk ke depannya.

Jika digambarkan dalam film NKCTHI, maka sosok Angkasa dan Aurora menjadi satu pada diri ini. Jika digambarkan dalam film Imperfect, maka peran Rara terasa nyata pada diri ini. Menjadi satu yang berbeda, menjadi satu yang diharapkan kuat. Menjadi harapan yang dapat bertahan dalam memperbaiki nasib. Menjadi harapan yang dapat tahan dalam setiap tempaan karena mungkin yang lain belum ada yang mampu. Menjadi satu yang terjaga saat sang kapten tidak dapat berada di rumah. Menjadi satu emergency call untuk berangkat ke mana saja. Namun, kini jarak sudah benar-benar jauh dan semua berpikir bahwa sangat baik-baik saja. Dan ending "baik-baik saja" itu yang harus senantiasa terjaga pada buku yang tertinggal di rumah itu, Meski buku yang sedang ditulis di sini penuh dengan coretan dan robekan kertas tidak sengaja. Tak jarang ada lembar halaman yang kosong dan hampa sehingga hanya menanti kisah berikutnya. Selamat menulis bab selanjutnya dan mempertahankan ending di buku yang tersimpan di sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Terhadap Aspek Kehidupan

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika  Terhadap Aspek Kehidupan Disusun Oleh: {          Diajeng Anjarsari Rahmadhani {          Kezia Grace Monica {          Kresna Dwiki Ramadhana {          Rashif Imaduddin Lukman KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dari Kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Adiktif dan Psikotropika. Makalah ini kami buat dengan penuh ketelitian dan kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya.  Makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi pembaca mengingat banyaknya pemanfaat negatif dari zat adiktif dan psikotropika. Dengan adanya makalah ini kami harap kita semua dapat terhindar dari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika.Zat adiktif dan psikatrop...

Terjebak Dalam Bayangan

Manusia, oh Manusia Terjebak dalam angan kemungkinan dalam pikirnya Padahal sudah berulang kali dijauhkan oleh-Nya Berlalu waktu, hidupnya tenang dan baik saja Halaman tua sudah ditutup Namun, terganjal saat lintasan bayangnya nyata di mata Bukan ingin mengulang, tapi hanya saja ini tersisa kemungkinan Dibukanya kembali halaman itu Diteliti kembali karena sudah lupa rasa Baru buka satu dua kalimat, ternyata logika menolak Untuk kesekian kali, memori pahitnya mencuat Untuk apa berupaya tapi ternyata hanya give and give Untuk apa mendengar kalau ternyata tidak pernah ada pertanyaan berbalas Ternyata buku lama itu memang diperlukan Dibaca kembali, agar hati tidak menjadi bodoh Evaluasi dapat dianalisis, hingga dirimu tidak lagi jatuh pada angan Yakinlah jalanmu sejauh ini diatur oleh-Nya Dijauhkan dan ditemukan dengan orang-orang yang jauh lebih memahami Maka, manusia, kenapa ragu akan takdir-Nya Kenapa takut akan tidak menemukan padahal jalanmu adalah ditemukan Bacalah jalanmu, sepertiny...

Lewat

 Terjebak dialektika dalam nalar Ditatap nanar oleh sosok diri sendiri Mengharapkan untaian adegan Tentangnya yang nyata tapi tidak merasa Tatapannya merdu untuk jiwa yang haru Sapanya halus seolah sedang mengelus Hingga akhirnya dia tahu  Ternyata mendamba setelah sudah berlalu Tidak ada yang sia-sia Setelah sekian lama dia tetap inersia Akhirnya orang itu muncul, mengusik Memberi ajar untuk berhenti diam Cari tahu ingin diri Beri pandang tentang standar Beri sadar tentang kualitas Bawa sadar pada realitas