Langsung ke konten utama

Jadi, Ini adalah Fase atau Takdir?

Terkadang kita merasa paling benar. Melihat segala sesuatu dari idealisme sendiri. Padahal idealisme itu muncul karena dipengaruhi oleh pengalaman dan perjalanan hidup yang kita lalui. Kita terlalu sering menutupi hal yang menurut kita tidak penting untuk dikatakan hingga menjadi tumpukan simpanan yang besar dan tak tahu cara mengurainya karena terlalu kusut. Kehilangan kata untuk menjelaskan tentang apa yang ada di kepala hingga suntuk dan tidak dapat diselesaikan.

Kita terbiasa dengan rencana dan jadwal karena kedua hal itu dibuat berdasarkan kebiasaan yang sudah terjadi, tapi ternyata tidak selamanya mampu dijadikan acuan. Hingga akhirnya berada di titik tidak tahu masa depan seperti apa yang diidamkan. Menikmati masa kini pun terasa susah. 

Banyak hal yang membuat kita harus berada di persimpangan. Di saat nilai yang kita pegang tidak relevan pada realita yang harus kita jalani. Namun, sebagian dari realita itu bukan sesuatu yang memiliki urgensi dan kepentingan yang berpengaruh. Sehingga kadang kita bingung, apakah tetap menjalankan hal itu sesuai nilai yang dipegang atau mengakalinya karena sesungguhnya hal yang diminta itu pun konyol.

Beberapa orang yang memiliki kuasa menjadikan yang lain sebagai alat untuk menciptakan terobosan. Dulu ketika di sekolah, terutama jenjang sarjana, pikiran kita akan dibentuk untuk merencanakan sesuatu, menganalisisnya, mengetahui dampak yang akan terjadi, dan kemungkinan pengaruh serta keberhasilannya. Setelah masa pembentukan pola pikir tersebut dilalui, ternyata faktor eksternal jauh lebih berpengaruh. Sebagian orang yang memiliki kuasa berpikir bahwa tindakan ini akan membantu memperbaiki keadaan. Mereka lupa bahwa kita tidak bisa mengubah manusia. Mereka berpikir dengan sistem yang ada dan data yang menurut mereka apik, semua bisa selesai tanpa mengabaikan hal penting lainnya. Dalam praktiknya, semua itu seperti kekonyolan yang ditertawakan. Namun, sayangnya, aku juga bagian dari kekonyolan itu. Aku harus menyelesaikannya, tapi jika dilakukan dengan nilai yang ku pegang, akan terlalu banyak waktu terbuang dan aku tahu yang harus kukerjakan ini tidak berdampak signifikan pada tujuan utama yang ingin dicapai. 

Kita berhenti membandingkan diri dengan orang lain, entah itu dimulai dengan tidak sering melihat sosial media, memperbanyak baca buku, meditasi, self-talk, dan lain sebagainya. Setiap orang memiliki caranya masing-masing. Dunia ini menawarkan kita banyak hal, tapi tidak semua itu yang dapat kita pilih secara pasti. Kita terjebak dengan variabel, konstanta, dan kapasitas tertentu. Segala hal tentang manusia adalah rumit. Di saat yang sama, kerumitan itu membawa keindahan untuk dipelajari. Beragam emosi yang muncul dari hal-hal yang objektif, penilaian subjektif yang harusnya dinilai secara objektif, kemampuan memahami yang berbeda, dan lain sebagainya. Hingga saat ini, bahagia pun bukan merupakan tujuan. Dunia tidak dipersembahkan dengan sifat tunggal, sebagaimana contoh sederhana dari Surah Al Insyiroh Ayat 5 : Sesungguhnya di balik kesulitan itu ada kemudahan. Hal yang seharusnya bisa kita terapkan dengan memilah kejadian, emosi, dan tindakan yang terjadi agar tidak memasukan tingkat "terlalu" pada status apapun.

Dalam sebuah film dikatakan bahwa dalam sebuat riset disebutkan : "tertawa lebih baik daripada bersedih, menyanyi lebih baik daripada menangis untuk mempercepat menyembuhkan luka". Dalam praktiknya, bagi sebagian orang ini rumit. Terlalu banyak faktor sehingga susah menentukan single faktor utama yang harus diutamakan. Mungkinkah ada yang mendukung kondisi kita ketika kita bahkan tidak mampu menceritakannya? Lantas, bagaimana caranya agar dukungan itu ada dan kita tidak merasa sendiri?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Terhadap Aspek Kehidupan

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika  Terhadap Aspek Kehidupan Disusun Oleh: {          Diajeng Anjarsari Rahmadhani {          Kezia Grace Monica {          Kresna Dwiki Ramadhana {          Rashif Imaduddin Lukman KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dari Kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Adiktif dan Psikotropika. Makalah ini kami buat dengan penuh ketelitian dan kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya.  Makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi pembaca mengingat banyaknya pemanfaat negatif dari zat adiktif dan psikotropika. Dengan adanya makalah ini kami harap kita semua dapat terhindar dari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika.Zat adiktif dan psikatropika adalah zat berbahaya yang telah diakui secara internasional.  Namun zat adiktif dan psikotropika juga memiliki pemanfaatan yang positif. Mengenai pemanfaatan zat adi

Sudut Pandang

Bulan, hidup terasa kadang sunyi. Di balik temaram sinarmu, kadang aku meringkuk mencoba mencari solusi. Tidak ingin meratapi tapi kadang semesta punya caranya untuk berdialog dengan ujian. Ada pelajaran yang harus kupetik agar aku menemui kebaikan di ujung perjalanan. Istirahat adalah akhir yang banyak tidak manusia mengerti. Saat tidur dianggap sebagai penghilang masalah, tapi nyatanya gelombang kegelisahan tetap masuk berwujud mimpi. Nyatanya dunia adalah tempat berlelah hati dan pikiran untuk akhir yang kekal. Bintang, ingin rasanya kupeluk permukaanmu agar tenang merasuk pada jiwa yang bergejolak. Meski tak dapat kuterka bagaimana suhu permukaanmu. Namun, entah kenapa aku percaya bahwa kelap kelipnya cahayamu seperti mengajarkan cara bertahan agar tetap menyala. Angin, aku melihat seorang wanita muda terpaku pada tatapannya sore ini. kutemui dia dalam keceriaan tadi pagi, tapi entah mengapa rautnya berubah menjadi mendung. Jika ku analisa, sepertinya bukan hiruk pikuk kota

Tentang Hari Ini

Hari ini, dia terlihat lebih tampan dari biasanya Terlihat lebih profesional dan disiplin waktu karena salah satu atribut yang dikenakannya Hari ini, dia bercerita lebih banyak dari biasanya Dia menyuarakan perasaan dan pikirannya lebih lantang denganku Hari ini, dia bercerita dengan menatap mataku Mataku tanpa ragu menatap dan menanggapi dengan sungguh Hari ini, aku mengerti kenapa dia disenangi Kelembutannya tulus dan caranya memanusiakan manusia terpancar tanpa usaha yang lebih Hari ini, aku sadar mengapa ada penasaran tentangnya Aku menemukan frekuensi yang ternyata serupa tapi tak pernah kami coba selaraskan Hari ini, aku memberi saran untuknya Karena aku tahu dia harus mencari apa yang belum dia temukan pertanyaannya secara jelas Hari ini, aku sadar mengapa aku nyaman dengannya Aku juga sadar meski mungkin bersamanya, tapi ketidakmungkinan lebih besar karena sepertinya logikaku berkata dia tidak seperti yang ku cari Hari ini, aku menemukan kembali Sedikit merasa ada kemungkinan t