Langsung ke konten utama

Goresan Tinta

Langkah kecil dan perlahan mengiringi kesedihan yang sedang ku rasakan. Kepala ini tertunduk seolah tak berani menatap dengan jelas apa yang ada di depanku. Satu per satu suara memenuhi pikiran yang kini terasa sungguh memuakkan.

Jalan ini terasa sangat jauh untuk menyampaikanku pada rumah tempat peristirahatanku. Berbagai suara mulai berdengung dan gaduh di telingaku. Berbagai celoteh datang. Mereka satu per satu datang di saat kondisiku seperti ini. Meminta didengar lalu pergi, meminta ditanya lalu pergi. Kemana aku harus mendekat dan meminta semua itu. Di keramaian yang kulintasi, tiba-tiba aku berhenti. Semua hilir mudik seakan aku tidak terlihat oleh siapa pun. Aku tak lagi menunduk, tapi aku terduduk di atas aspal ini dan menutup telingaku.

Dan tiba-tiba kau datang. Kau bantu aku untuk kembali berdiri dan memisahkan tangan yang menutupi telingaku. Kau bawa aku duduk di tempat yang lebih layak.

#tobecontinued

Cont'
Tanganmu membawaku pergi jauh dari keramaian yang menyesakkan itu. Aku dan kau duduk di sebuah bangku taman yang indah. Tak banyak orang yang membuat keributan di sini. Lingkungannya sungguh asri dan indah.

Semua orang bermain dan berkumpul dengan keluarga serta sahabat-sahabat mereka. Bercerita dan bercanda tawa satu sama lain. Kau tidak mengizinkanku untuk bercerita. Kau hanya meminta aku untuk melihat. Dan perlahan kepalaku pun kembali terangkat. Aku melihat dan mengamati segalanya.

Tak jarang, anak-anak kecil yang lewat itu menyapaku. Tidak seperti tempat yang kulewati tadi. Senyumanku pun perlahan kembali. Langit pun terlihat sungguh terang dan ketenangan kembali bersemayam. Namun, seketika aku kembali terdiam tanpa ekspresi ketika mata ini melihatmu.....

#tobecontinued

Cont'
Matamu mengisyaratkan banyak hal. Bola mata indah berwarna hitam itu mengingatkanku akan luka luka yang pernah tergores. Membuka kembali ingatanku akan mereka yang dulu selalu datang, mereka yang dulu selalu menemani, dan mereka yang selalu datang dan pergi.

Membuka kembali hati ini untuk merasakan segalanya. Perlahan air mataku mulai pun jatuh. Namun, dengan cepatnya kau menghapuskannya dan kau pun berkata.

"Kakimu sudah lelah melangkah, cobalah untuk istirahat di sini sejenak. Kau tidak perlu melupakan semua hal yang sudah terjadi. Kau juga tidak boleh mengeluhkan perbuatan mereka yang mungkin sudah membekaskan luka. Kau harus memaafkan segalanya. Maafkan mereka dan juga dirimu. Kau tidak pantas untuk mengeluh. Kau hanya perlu bersyukur. Janjilah pada dirimu bahwa kau akan memulai yang lebih baik dari ini. Air matamu sudah terlalu sering membasahi pipimu. Maafkan dan belajarlah...."

#tobecontinued

Air mata ini sudah terasa amat kering. Kakiku harus kupaksa untuk kembali berjalan menatap masa depan. Aku tidak bisa lagi menoleh ke belakang. Kepalaku terasa sakit untuk bergerak ke belakang.

Kembali langkah ini perlahan diayunkan, mengikuti irama hati yang berdebar-debar mengiringi perjalananku untuk memulai kembali dengan orang-orang yang sama. Musibah dan problema mungkin akan membuatku kembali bingung. Namun, kini aku terasa terlahir kembali dan siap mengahadapi segalanya karena aku yakin dan kau pun percaya... Terima kasih... Love you...

Cont'
Hujan membawa kembali rindu yang kemarin sempat hadir. Sejuknya udara yang kunikmati sekarang membawaku pada ketenangan dan memintaku untuk sejenak menikmatinya. Dan aku pun berbaring sejenak di atas kasur yang menjadi tempat favoritku.

Rasanya ingin kembali menonton kenangan masa itu. Aku kembali dengan harapan yang baru. Baringanku membawaku pada lentera yang dulu hingga sekarang selalu menerangi jalanku. Aku terlalu naif untuk mengingkari semua yang sudah terjadi.

Replika memori itu tidak akan bisa diulang. Waktu terus berjalan mengikis umur hidupku di dunia, membawa jauh diriku dari semua kenangan yang telah kulalui. Aku masih terbaring dan hujan tetap turun dengan derasnya. Suaranya mengingatkanku pada waktu di mana kita bermain hujan bersama, menikmati proses pendewasaan kita.

Dan kau pergi lagi setelah membawaku pergi dari kebencianku. Tak mengapa kau pergi. Aku percaya bahwa aku bisa berjalan tanpamu. Terima kasih telah mengajarkanku banyak hal. Thanks for everything....

Cont'
Beberapa orang bertanya kepadaku, "kenapa aku tidak mengklarifikasi tudingan yang dilayangkan mereka terhadapku?". Masih ingat ceritaku yang dulu? Ketika aku sangat letih dan tak mampu lagi meneruskan jalanku dan kau pun datang?

Aku memilih untuk menjalani hidup yang baru saja aku mulai kembali. Aku boleh saja mengklarifikasi semuanya. Namun, memaafkan mereka itu lebih baik bagiku. Aku yakin mereka akan menemukan perspektif mereka sendiri. Aku senang jika mereka membagi waktu denganku meski hanya untuk berbagi dan mengevaluasi.

Kau memang sudah tak lagi di sini. Namun, ingatanku masih belum bisa hilang. Teguran dan peringatan serta saranmu masih aku ingat. Kehadiranmu tak di sini, kebaikanmu selalu di hati. Terima kasih. Thanks for everything.....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Terhadap Aspek Kehidupan

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika  Terhadap Aspek Kehidupan Disusun Oleh: {          Diajeng Anjarsari Rahmadhani {          Kezia Grace Monica {          Kresna Dwiki Ramadhana {          Rashif Imaduddin Lukman KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dari Kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Adiktif dan Psikotropika. Makalah ini kami buat dengan penuh ketelitian dan kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya.  Makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi pembaca mengingat banyaknya pemanfaat negatif dari zat adiktif dan psikotropika. Dengan adanya makalah ini kami harap kita semua dapat terhindar dari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika.Zat adiktif dan psikatrop...

Terjebak Dalam Bayangan

Manusia, oh Manusia Terjebak dalam angan kemungkinan dalam pikirnya Padahal sudah berulang kali dijauhkan oleh-Nya Berlalu waktu, hidupnya tenang dan baik saja Halaman tua sudah ditutup Namun, terganjal saat lintasan bayangnya nyata di mata Bukan ingin mengulang, tapi hanya saja ini tersisa kemungkinan Dibukanya kembali halaman itu Diteliti kembali karena sudah lupa rasa Baru buka satu dua kalimat, ternyata logika menolak Untuk kesekian kali, memori pahitnya mencuat Untuk apa berupaya tapi ternyata hanya give and give Untuk apa mendengar kalau ternyata tidak pernah ada pertanyaan berbalas Ternyata buku lama itu memang diperlukan Dibaca kembali, agar hati tidak menjadi bodoh Evaluasi dapat dianalisis, hingga dirimu tidak lagi jatuh pada angan Yakinlah jalanmu sejauh ini diatur oleh-Nya Dijauhkan dan ditemukan dengan orang-orang yang jauh lebih memahami Maka, manusia, kenapa ragu akan takdir-Nya Kenapa takut akan tidak menemukan padahal jalanmu adalah ditemukan Bacalah jalanmu, sepertiny...

Lewat

 Terjebak dialektika dalam nalar Ditatap nanar oleh sosok diri sendiri Mengharapkan untaian adegan Tentangnya yang nyata tapi tidak merasa Tatapannya merdu untuk jiwa yang haru Sapanya halus seolah sedang mengelus Hingga akhirnya dia tahu  Ternyata mendamba setelah sudah berlalu Tidak ada yang sia-sia Setelah sekian lama dia tetap inersia Akhirnya orang itu muncul, mengusik Memberi ajar untuk berhenti diam Cari tahu ingin diri Beri pandang tentang standar Beri sadar tentang kualitas Bawa sadar pada realitas