Langsung ke konten utama

Cerah


"Bang, coba lihat senja di ujung situ? Ai selalu suka lihatnya?"

"Biasa aja, Toh, setiap hari dia akan seperti itu, tak ada yang berubah, kecuali jika kiamat tiba. Lebih senang melihat bintang yang berpendar di malam hari dek"

"Berarti kita beda bang, lihat gradasi warnanya. Indah sekali. Tidak selalu sama kok, kadang gradasi jingga, kadang merah, dan kadang merah muda"

"Iya sih, eh tapi kok kau kayak anak kecil gini, ngomongin senja, malam. Kau udah kuliah Ai, biasanya juga ngomongin kuliah, acara ini itu, tumben."

"Jadi, semua itu hanyalah  rutinitas yang belum tentu semuanya  AI sukai. Mungkin Ai melaksanakan tugas di acara A karena Ai memiliki tanggung jawab terhadap organisasi yang mengadakannya. Namun, mungkin acara B mungkin pilihan yang paling Ai senangi. Bosan kalau selalu berbicara tentang karier, profesionalitas yang hanya kata, on time yang hanya wacana. Namun, ada hal yang tidak akan menjadi sekedar wacana, waktu yang habis termakan oleh kegiatan yang kita pilih, bukan begitu Bang?. Semua adalah pilihan walaupun tidak semua keinginan. Siapa sih Bang yang hidup sesuai dengan segala hal yang diinginkan. Jalan-jalan pahit dan manis itulah yang terkadang membawa Ai kembali seperti anak-anak. Berbicara tentang senja padahal Ai telah bertahun-tahun melihatnya, tapi dia adalah momen yang dibawa oleh mereka dulu, yang menghiasi perjalanan hidup. Berlari sekuat tenaga di trek lari ini seperti anak kecil yang mengejar layang-layang yang hendak putus. Ai selalu mencintai lapangan lari Bang, Saat waktu kemaren Ai kesal, sedih, sepi, gundah, lalu menemukan trek lari dan Ai hanya berlari hingga semua emosi terasa terluapkan. Tak selamanya orang akan mengerti kondisi kita kan Bang. Mereka mungkin akan singgah saja dan pergi untuk selamanya. Abang pun begitu, saat nanti tiba saatnya babak baru dimulai, Ai tak mungkin berharap dan bergelayut pada abang. Atau mungkin bisa jadi ini terakhir kali kita lari bersama. Memikirkan orang lain terkadang membuat Ai lupa sama kebutuhan Ai sendiri. Bukan karena Ai terlalu peduli sama mereka, tapi terkadang Ai tidak ingin mereka kecewa dan merasakan kekecewaan yang sudah pernah Ai rasakan dan lupakan."

Lentera itu adalah cahaya yang bisa saja redup dan sangat terang. Saat angin berhembus dengan kencangnya bisa jadi dia mati atau berkobar tak tentu arah. Namun, dia tetap dibutuhkan saat tak ada listrik, saat tak harapan. 

Aku bertafakur malam ini, menyangga dagunya dengan kepalan tangan jari mungil 
Bersama nyenyat dia duduk di kursi depan rumah tua Nenek
Bersama Abang yang sedang duduk santai membaca buku dan menyeruput hangatnya secangkir teh
Aku menatap bintang yang berkedap kedip tak menentu

Ini bukan liburan biasa untuknya, tapi ini adalah waktu istirahat 
Semalam penat dan peluh memenuhi pikiran, menyesakkan dada yang lelah dengan dunia
Mengurusi manusia yang tidak tahu inginnnya apa
Bekerja keras mengatur waktu belajar dan bahagia

Setiap malam membuka buku hitam yang menjadi kesayangan
Melihat kembali catatan mimpi yang pernah dibuat
Nampaknya mimpi itu masih terlalu jauh untuk terwujud
Angin berhembus pelan, menyibak rambut yang menutupi jidad dan mata

Renungan ini belum selesai, masih banyak yang harus diselesaikan
Amanah dari orang tua, teman, dan lainnya
Amanah dari diriku sendiri yang selalu percaya untuk bertahan walau badai itu besar
Keyakinan yang terkadang seperti rumput yang bergoyang tertiup angin

Siapa bilang aku lupa dengan kepahitan-kepahitan itu
Sesekali aku menurunkan tangan dari dagu dan tersenyum
Menapak tilas dalam pikiranku tentang masa kemaren yang serius, ternyata kini menjadi lucu
Memori yang belum tergantikan dan tersimpan di bilik penyimpanan

Hingga dingin mulai menusuk rusuk dan tulang
Lantas senyuman itu menjadi pelepas penat yang melegakan
Memberikan pertanda kalau tambahnya usia ini akan menjadi hebat
Hebat untuk orang yang bertanggung jawab
Hebat untuk menebar kebaikan
Hebat untuk semua yang telah terlewati
Hebat untuk semua yang pernah menyedihkan
Hebat untuk misteri esok yang tidak bisa diterka

"Tidak ada yang salah dari ucapan kau Ai. Ya, mungkin Abang akan pergi atau Ai yang akan pergi duluan menuju kehidupan baru. Panteslah adek Abang satu ni sehat ya, rupanya dia sering kesal, makanya lari terus."

"Kok gitu sih Bang, resek.... Eh, udah mau maghrib ayo pulang. Ibu pasti sudah menunggu di rumah"

Buat Kak Khaira yang lagi ulang tahun, ini ya tulisannya, belum punya ide bagus jadi ya ini aja ya kak.... Semoga makin tua makin menjadi orang baik dalam segala hal ya....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika Terhadap Aspek Kehidupan

Dampak Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika  Terhadap Aspek Kehidupan Disusun Oleh: {          Diajeng Anjarsari Rahmadhani {          Kezia Grace Monica {          Kresna Dwiki Ramadhana {          Rashif Imaduddin Lukman KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatnya sehingga kami dari Kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Adiktif dan Psikotropika. Makalah ini kami buat dengan penuh ketelitian dan kami rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya.  Makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi pembaca mengingat banyaknya pemanfaat negatif dari zat adiktif dan psikotropika. Dengan adanya makalah ini kami harap kita semua dapat terhindar dari dampak negatif zat adiktif dan psikotropika.Zat adiktif dan psikatropika adalah zat berbahaya yang telah diakui secara internasional.  Namun zat adiktif dan psikotropika juga memiliki pemanfaatan yang positif. Mengenai pemanfaatan zat adi

Tentang Hari Ini

Hari ini, dia terlihat lebih tampan dari biasanya Terlihat lebih profesional dan disiplin waktu karena salah satu atribut yang dikenakannya Hari ini, dia bercerita lebih banyak dari biasanya Dia menyuarakan perasaan dan pikirannya lebih lantang denganku Hari ini, dia bercerita dengan menatap mataku Mataku tanpa ragu menatap dan menanggapi dengan sungguh Hari ini, aku mengerti kenapa dia disenangi Kelembutannya tulus dan caranya memanusiakan manusia terpancar tanpa usaha yang lebih Hari ini, aku sadar mengapa ada penasaran tentangnya Aku menemukan frekuensi yang ternyata serupa tapi tak pernah kami coba selaraskan Hari ini, aku memberi saran untuknya Karena aku tahu dia harus mencari apa yang belum dia temukan pertanyaannya secara jelas Hari ini, aku sadar mengapa aku nyaman dengannya Aku juga sadar meski mungkin bersamanya, tapi ketidakmungkinan lebih besar karena sepertinya logikaku berkata dia tidak seperti yang ku cari Hari ini, aku menemukan kembali Sedikit merasa ada kemungkinan t

Sudut Pandang

Bulan, hidup terasa kadang sunyi. Di balik temaram sinarmu, kadang aku meringkuk mencoba mencari solusi. Tidak ingin meratapi tapi kadang semesta punya caranya untuk berdialog dengan ujian. Ada pelajaran yang harus kupetik agar aku menemui kebaikan di ujung perjalanan. Istirahat adalah akhir yang banyak tidak manusia mengerti. Saat tidur dianggap sebagai penghilang masalah, tapi nyatanya gelombang kegelisahan tetap masuk berwujud mimpi. Nyatanya dunia adalah tempat berlelah hati dan pikiran untuk akhir yang kekal. Bintang, ingin rasanya kupeluk permukaanmu agar tenang merasuk pada jiwa yang bergejolak. Meski tak dapat kuterka bagaimana suhu permukaanmu. Namun, entah kenapa aku percaya bahwa kelap kelipnya cahayamu seperti mengajarkan cara bertahan agar tetap menyala. Angin, aku melihat seorang wanita muda terpaku pada tatapannya sore ini. kutemui dia dalam keceriaan tadi pagi, tapi entah mengapa rautnya berubah menjadi mendung. Jika ku analisa, sepertinya bukan hiruk pikuk kota